Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kurs Rupiah Hari Ini Diperkirakan Masih Bertahan di Rp 15.000 Per Dolar AS 

Nilai tukar rupiah terhadap dolar diperkirakan masih betah di level Rp 15.000 per dolar AS pada perdagangan valas hari ini.

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Kurs Rupiah Hari Ini Diperkirakan Masih Bertahan di Rp 15.000 Per Dolar AS 
Tribunnews/JEPRIMA
Petugas menghitung valas dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing Masagung Money Changer, Jakarta Pusat, Kamis (29/9/2022). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan masih betah di level Rp 15.000 per dolar AS pada perdagangan valas hari ini, Selasa (18/7/2023), setelah kemarin ditutup turun 51 poin ke Rp 15.009 per dolar AS.  TRIBUNNEWS/JEPRIMA 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan masih betah di level Rp 15.000 per dolar AS pada perdagangan valas hari ini, Selasa (18/7/2023), setelah kemarin ditutup turun 51 poin ke Rp 15.009 per dolar AS. 

Analis pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah hari ini dapat bergerak melemah hingga Rp 15.070.  "Untuk perdagangan Selasa hari ini, mata uang rupiah fluktuatif. Namun ditutup melemah di rentang Rp 14.930 per dolar AS hingga Rp 15.070 per dolar AS," ujar dia melalui risetnya, Selasa (18/7/2023). 

Dia menjelaskan, sentimen eksternal yang memengaruhi rupiah adalah Federal Reserve atau Bank Sentral AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga selama pertemuan akhir Juli. 

Tetapi, pasar sekarang mengantisipasi jeda yang diperpanjang dalam siklus kenaikan suku bunga Fed, mengingat pembacaan inflasi yang lemah dari minggu lalu. 

Namun, dengan inflasi inti AS tetap tinggi, pasar tetap tidak yakin apakah bank sentral akan memberi sinyal jeda, dan pejabat Fed juga menawarkan isyarat beragam tentang kenaikan suku bunga di masa depan. 

Kemudian, di Asia secara tahunan, PDB China tumbuh 6,3 persen pada kuartal kedua, sebagian besar berkat basis yang lebih rendah untuk perbandingan dari periode yang terkena dampak Covid tahun lalu, dan ini lebih rendah dari ekspektasi pertumbuhan sebesar 7,3 persen. 

Berita Rekomendasi

"Pembacaan menunjukkan bahwa China sedang berjuang untuk mempertahankan momentum ekonomi yang kuat yang terlihat pada kuartal pertama, dan bahwa pemerintah kemungkinan akan meluncurkan lebih banyak langkah stimulus untuk mendukung pertumbuhan dalam beberapa bulan mendatang," kata Ibrahim. 

Baca juga: Ekonomi Indonesia di Tengah Gejolak Global, INDEF: Fundamental Domestik Kuat dan Rupiah Stabil

Sementara itu, sentimen internal yang memengaruhi rupiah, yakni Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, bahwa neraca perdagangan mengalami surplus sebesar 3,45 miliar dolar AS pada Juni 2023. 

Nilai ekspor pada Juni 2023 mencapai 20,61 miliar dolar AS, turun 5,08 persen dibandingkan Mei 2023. Sementara, nilai impor pada Juni 2023 mencapai 17,15 miliar dolar AS, turun 19,4 persen dibanding Mei 2023. 

Baca juga: Pasca Reshuffle Kabinet, Rupiah Senin Ditutup Jeblok ke Rp 15.013 Per Dolar AS

"Neraca perdagangan di Juni 2023 terjadi surplus, sesuai dengan ekspektasi para analis walaupun surplusnya tidak terlalu besar hanya senilai 1,33 miliar dolar AS. Namun, meningkat dari surplus 0,44 miliar dolar AS pada mei 2023, meskipun tetap dibawah tren dua tahun terakhir," pungkas Ibrahim.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas