Rupiah Diprediksi Melemah hingga Rp 15.150
Analis pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah dapat berbalik melemah hingga Rp 15.150.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi melemah pada Selasa (1/8/2023), dari kemarin ditutup menguat ke Rp 15.080 per dolar AS.
Analis pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah dapat berbalik melemah hingga Rp 15.150.
"Untuk perdagangan Selasa, mata uang rupiah fluktuatif. Namun ditutup melemah di rentang Rp 15.050 per dolar AS hingga Rp 15.150 per dolar AS," ujar dia melalui risetnya, Selasa (1/8/2023).
Baca juga: Hari Ini IHSG Ditutup Naik 31 Poin ke Posisi 6.931, Saham DIVA Paling Melemah
Dia menjelaskan, sentimen eksternal yang memengaruhi rupiah adalah Bank Sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed menaikkan suku bunga pekan lalu.
Tetapi, ekspektasi meningkat, bahwa ini bisa menjadi peningkatan terakhir dari siklus pengetatan agresif bank sentral selama setahun.
"Gubernur The Fed Jerome Powell menunjukkan pentingnya data yang akan datang, dengan dua cetakan CPI (Consumer Price Index), dua laporan pekerjaan, dan Indeks Biaya Ketenagakerjaan sebelum pertemuan September," kata Ibrahim.
Sementara itu sentimen internal yang memengaruhi rupiah, yakni pasar merespons positif tentang pernyataan Bank Indonesia (BI) yang akan memberikan jaminan eksportir agar tidak dirugikan dalam Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia.
Hal ini didukung oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 tahun 2023 tentang DHE dari kegiatan pengusahaan, pengelolaan dan/atau pengolahan Sumber Daya Alam (SDA).
BI sudah menyiapkan penyempurnaan aturan turunan dari peraturan PP nomor 36 tahun 2023, dimulai dari bentuk instrumen pemantauan dan pengawasan DHE SDA, dengan dua hal, menetapkan dan menyediakan instrumen penempatan DHE SDA.
Baca juga: Enam Sektor Saham Jadi Beban, IHSG Tergelincir Minus 0,18 Persen di Sesi I
BI melaporkan, penetapan instrumen tersebut mengacu pada 3 prinsip, diantaranya sejalan dengan pengaturan dalam peraturan DHE SDA, kedua pemanfaatan DHE SDA tersebut untuk kebutuhan dalam negeri, dan terakhir untuk pengaturan instrumen lainnya.
Tidak hanya itu, Gubernur BI Perry Warjiyo juga mengaku, bahwa ada 7 instrumen yang telah disiapkan oleh BI dalam penempatan DHE SDA.
Tujuh instrumen tersebut, yaitu Rekening Khusus (Reksus) DHE SDA, deposito valas bank, Term Deposit (TD) valas DHE SDA, promissory notes Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), penempatan deposito yang dapat dimanfaatkan menjadi agunan kredit rupiah, swap valas dari eksportir atau nasabah ke bank, dan terakhir swap valas dari bank ke BI.
"Selain itu, suku bunga TD valas DHE lebih tinggi dari pada Juni 2023 yang tercatat untuk nominal yang lebih tinggi dari 10 juta dolar AS, suku bunga yang diberikan ialah 5,4 persen untuk tenor 3 bulan, sehingga BI memberikan suku bunga TD valas DHE menjadi 5,51 persen untuk Juli 2023," pungkas Ibrahim.