Usai The Fed Tahan Suku Bunga, Rupiah Diprediksi Menguat ke Level Rp15.600
Sebelumnya pada Jumat (3/11/2023), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup berada di level Rp15.727.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin pekan depan (6/11/2023) berpotensi mengalami penguatan dan tembus ke level Rp15.600 per dolar AS.
Sebelumnya pada Jumat (3/11/2023), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup berada di level Rp15.727.
Jika dicermati lebih detail, nilai tukar mata uang Garuda mengalami penguatan signifikan 127 poin. Di mana pada Kamis (3/11/2023), nilai tukar rupiah juga di level Rp15.854.
Baca juga: Pagi Ini Rupiah Menguat, Bergerak ke Level Rp 15.774 Per Dolar AS. Berikut Analisa Hari Ini
"Potensi penguatan bisa ke area Rp15.600, dengan potensi resisten di kisaran Rp15.800," ucap Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra kepada Tribunnews, Sabtu (4/11/2023).
Ia mengungkapkan, fluktuasi nilai tukar mata uang Garuda terdampak bergbagai sentimen.
Terlebih pada kemarin Bank sentral Amerika atau The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mengambil sikap dovish atau pelonggaran dengan mempertahankan suku bunga bulan November di level 5,25-5,5 persen.
Keputusan tersebut diambil ketua Jerome Powell ketua The Fed usai menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang dilaksanakan pada Rabu (1/11/2023).
Keputusan dovish dengan mempertahankan suku bunga dilakukan untuk memulihkan perekonomian masyarakat yang belakangan mengalami tekanan akibat sikap hawkish The Fed yang aktif menaikan laju suku bunga ke level tertinggi.
Ditambah lagi, pada kemarin (3/11/2023) telag dirilis data tenaga kerja AS versi pemerintah AS. Data yang dirilis umumnya lebih buruk dari ekspektasi pasar.
Data Non Farm Payrolls Oktober dirilis 150 ribu lebih rendah dari ekspektasi 180 ribu. Dan data tingkat pengangguran 3,9 persen lebih tinggi dari ekspektasi 3,8 persen.
Hasil ini menurut Ariston, mendorong pelemahan dollar AS terhadap mata uang utama dunia. Dan ini bisa menguatkan kemungkinan the Fed akan mengakhiri periode bunga tinggi lebih cepat.