Pemiliknya Ada di Pusaran Politik, Bagaimana Nasib Saham-saham Perusahaan Mereka?
Misalnya saja Hary Tanoesoedibjo, pemilik grup MNC adalah ketua umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo).
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sejumlah pengusaha di tanah air dikenal juga sebagai politisi.
Menjelang pemilihan umum ini, kiprah mereka pun terbilang sangat berpengaruh dalam pusaran politik saat ini.
Misalnya saja Hary Tanoesoedibjo, pemilik grup MNC adalah ketua umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo).
Baca juga: Pemerintah Gaungkan Energi Ramah Lingkungan, Ini Pandangan Analis Saham Emiten Panas Bumi
Lalu pemilik PT Indika Energy Tbk (INDY), Rosan Roeslani yang saat ini menjadi Ketua tim Koalisi Indonesia Maju (KIM) sebagai ketua tim pemenangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming.
Kemudian Kaesang Pangarep yang berafiliasi dengan emiten pengolahan udang PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP). Baru-baru ini Kaesang juga mengungkapkan akan melakukan aksi private placement.
Mengutip Kontan.co.id, pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy bilang, pendanaan politik oleh politikus lewat Bursa biasanya akan terlihat jika sahamnya naik mendadak alias digoreng.
“Namun, di saat yang bersamaan, sentimen tersebut tidak akan berdampak terhadap kinerjanya,” kata Budi kepada Kontan.co.id, Selasa (12/12/2023).
Jika politikus terkait menang dalam pemilu, kemungkinan akan ada angin segar untuk bisnis emiten tersebut dan harganya bisa terbang.
“Jika lawan politiknya yang menang, kinerja itu bisa runyam juga. Terutama, kalau ada kaitan dengan belanja negara atau lisensi atau konsesi,” papar dia.
Meskipun ada sentimen terhadap kinerja para emiten, tetapi besaran pengaruhnya tidak boleh terlalu mencolok. Sebab, otoritas bursa akan minta penjelasan apabila ada abnormality kinerja saham.
Baca juga: Rombak Jajaran Komisaris, Pemegang Saham Tunjuk Yusuf Wibisono Jadi Komut Mitratel
“Namun, tiga saham tersebut punya tren turun atau belum dapat sentimen positif dari Pilpres 2024,” tutur dia.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani melihat, kinerja saham-saham tersebut tidak terpengaruh oleh sentimen para pemiliknya yang berada di pusaran politik.
“Kinerja tidak pengaruh pemiliknya dan potensi dari pemilu untuk jabatan dan status pemiliknya sudah di-priced-in oleh pasar,” ujarnya.
Arjun pun mencontohkan harga saham INDY yang masih turun. Melansir RTI, Selasa (12/12), saham INDY sudah terkoreksi 46,7 persen sejak awal tahun.
“Intinya hal itu tidak berpengaruh harga sahamnya dan untuk beberapa emiten karena sudah di-priced-in,” paparnya.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, merupakan hal yang lazim jika politikus yang memiliki perusahaan memilih opsi pendanaan dari perusahaan yang dia miliki sesuai dengan mekanisme aturan hukum yang ada.
Mekanismenya seperti kebijakan pembagian dividen atau si pemilik melakukan menjual saham yang dimiliki, sehingga porsi kepemilikan yang berkurang.
“Mekanisme ini sah-sah saja dan tidak berdampak terhadap proses pemilu,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Selasa (12/12).
Sementara, dampak dari situasi ini lebih ke kinerja emiten. Sebab, kebijakan dividen tentu menyebabkan perubahan posisi keuangan (kas).
“Sementara, penjualan saham (divestasi) mempengaruhi harga saham yang tercermin dari harga penjualan, supply saham, dan persepsi pasar,” imbuh Alfred.
Jika dilihat dari performa kinerja emiten-emiten tersebut di tahun ini, kinerja mereka mengalami penurunan hingga kuartal III 2023 mengalami penurunan secara tahunan. Namun, secara kondisi keuangan masih sangat baik dan sehat.
“Valuasi yang dimiliki juga tergolong murah dengan price to earning ratio (PE) di bawah 5 dan rasio price to book value (PBV) di bawah 1 kali,” ungkapnya.
Namun, baik Arjun, Budi, dan Alfred belum memberikan rekomendasi untuk emiten-emiten yang pemiliknya berada di pusaran hajatan politik. (Pulina Nityakanti)