Harga Khusus LNG Dinilai Bisa Menunjang Transisi Energi
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengolah gas menjadi gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG).
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemanfaatan gas bumi sebagai penunjang transisi energi masih menghadapi tantangan infrastruktur.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengolah gas menjadi gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG).
Direktur Utama PT Pertamina Gas Negara Tbk atau PGN, Arief Setiawan Handoko mengungkapkan, gas merupakan satu-satunya energi fosil yang rendah emisi. Penggunaan LNG dinilai dapat mengakselerasi pemanfaatan dan pemerataan akses.
"Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, ada wilayah yang berpotensi menggunakan gas namun jauh dari sumurnya, untuk memenuhi ini gas bumi bisa diangkut menggunakan moda transportasi dengan diubah terlebih dahulu menjadi LNG," kata Arief dikutip dari Kontan, Jumat (22/12/2023).
Baca juga: Jelang Natal dan Tahun Baru, PGN Siagakan 23 Titik Posko untuk Jaga Penyaluran Gas Bumi
Menurutnya, proses perubahan gas bumi menjadi LNG atau regasifikasi tentu membuat adanya tambahan biaya. Agar gas tersebut bisa terjangkau oleh penggunanya tentu membutuhkan peran negara.
"Itu kita berharap LNG dapatlah harga khusus gitu," ujar Arief.
Arief menjelaskan, pemerataan LNG di dalam negeri juga dapat membantu menyerap LNG milik pemerintah yang belum mendapat kepastian pembeli.
Potensi serapan LNG untuk domestik sendiri diperkirakan sangat mungkin terjadi pada tahun 2027-2028 saat kontrak – kontrak pembelian LNG dari luar negeri telah habis.
“Kita harus serap semuanya, uncommitted tuh, ngak di 2030 kali. Mungkin 2027, 2028 rasanya sudah ada yang tidak terkontrak," ujar Arief.
Arief mengatakan, harga khusus LNG untuk dalam negeri tersebut nantinya bukan untuk PGN, tetapi untuk konsumen akhir agar menggunakan gas dengan harga terjangkau. Dengan harga yang terjangkau tentu akan membuat pengguna lebih masif.
“Kenapa kita harga khusus? Kita kan harus sama-sama menjaga harga gas ke industri kan, atau ke smelter. Tadi yang tiga trilema itu. Mau nggak mau, kita kan harus jaga energi reliability yang green, yang juga bisa dicapai atau willingness to pay dari industri ini bisa kita dapat. Kita mau juga jaga,” jelas Arief.
Salah satu konsumen gas potensial yang akan banyak tumbuh di masa yang akan datang adalah industri smelter. PGN berharap segera mendapatkan alokasi gas sehingga bisa langsung dapatkan kepastian kontrak jual beli gas.
“Cuma satu saja yang kami butuhkan alokasi gas kita dapat dari domestik dengan harga terjangkau,” ujar Arief. (Filemon Agung/Kontan)