Pengamat Nilai Pembangunan SPBU Hidrogen Sejalan dengan Transisi Energi
Fabby Tumiwa mengapresiasi Pertamina yang membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Hidrogen.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengapresiasi Pertamina yang membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Hidrogen.
Menurut Fabby, upaya tersebut sejalan dengan rencana transisi energi bersih.
Apalagi, sumber dari hidrogen tersebut, antara lain juga berasal dari panas bumi dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pertamina.
Baca juga: Pertamina Gandeng Toyota Kembangkan Ekosistem Kendaraan Hidrogen
“Patut diapresiasi. Karena hidrogen memang bisa menjadi salah satu alternatif energy carrier, yang bisa dipakai untuk menggantikan energi fosil,” kata Fabby kepada media hari ini (21/1/2024).
Fabby juga berharap, upaya Pertamina ini bisa berhasil. Terlebih, pembangunan SPBU Hidrogen tersebut merupakan inisiatif Pertamina dalam menciptakan ekosistem kendaraan hidrogen.
Menurutnya, keberadaan kendaraan berbahan bakar hidrogen tersebut, bisa menjadi alternatif energi bersih selain baterai EV.
“Saya harap sukses langkah Pertamina ini. Mungkin ini juga bagian dari strategi bisnis mereka. Pertamina masuk ke industri mobil listrik lewat pengembangan ekosistem baterai di Indonesia dan sekarang di kendaraan hidrogren,” jelas Fabby.
Fabby berpendapat, pembentukan komunitas hidrogen memang keniscayaan. Selain sebagai upaya transisi energi, juga merupakan bagian dari upaya transformasi bisnis Pertamina.
“Harus dilakukan, memang harus masuk ke sana. Sebab, mereka akan menghadapi berkurangnya BBM fosil sehingga harus melakukan antisipasi di masa datang. Jadi, Pertamina harus mencari opportunity bisnis baru. Sekarang adalah saatnya. Salah satunya, masuk melalui ekosistem kendaraan hidrogen,” tegas dia.
Begitupun Fabby mengingatkan, dalam upaya pembentukan ekosistem hidrogen, Pertamina tidak bisa berjalan sendiri.
Maka, Fabby mengharapkan Pemerintah bisa mendampingi Pertamina dalam mengembangkan ekosistem tersebut.
Pemerintah harus menyiapkan regulasi yang bisa mendorong pengembangan ekosistem kendaraan hidrogen.
Baca juga: PLN Targetkan Stasiun Pengisian Hidrogen Pertama di Indonesia Rampung Februari Mendatang
“Jangan hanya Pertamina saja. Perlu dukungan dari pemerintah, karena membangun ekosistem tidak bisa sendirian karena semua harus terlibat. Di Kementerian ESDM, misal, kan sudah ada roadmap-nya. Hanya implementasinya saja yang perlu dipikirkan. Misalnya perlu peraturan presiden atau regulasi lain untuk mendorong,” pungkasnya.
Sebelumnya, Pertamina melalui Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) berkolaborasi dengan Toyota untuk mengembangkan ekosistem hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan di Indonesia. Peletakan batu pertama hydrogen refueling station (HRS) dilakukan 17 Januari 2024 di SPBU Daan Mogot.
Pasar SPBH itu sendiri memang sudah ada dan sudah siap. Sebab, dalam kerja sama tersebut, tugas Toyota adalah memproduksi fuel cell electric vehicle Toyota Mirai, yang akan melakukan pengisian hidrogen di SPBH Pertamina. Keberadaan kendaraan berbahan bakar hidrogen tersebut, bisa menjadi alternatif energi bersih selain baterai EV.
Dalam sambutannya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pembangunan SPBH merupakan suatu milestone penting dalam mendukung program mencapai target net zero emission (NZE) 2060. "Karena ini real clean energy, tidak ada waste," kata Nicke.