Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pengusaha Teriak Beras Premium Langka di Ritel, Harga Melambung Tinggi

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia mengungkap saat ini kondisi stok beras premium mulai mengalami kelangkaan di pasar ritel modern.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
zoom-in Pengusaha Teriak Beras Premium Langka di Ritel, Harga Melambung Tinggi
Warta Kota/YULIANTO
Aktivitas pekerja saat memikul beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) mengungkap saat ini kondisi stok beras premium mulai mengalami kelangkaan di pasar ritel modern.

Ketua Umum APRINDO Roy Mandey mengatakan, peritel mulai kesulitan mendapatkan suplai beras tipe premium lokal dengan kemasan 5 kilogram (kg).

Pengusaha ritel kesulitan mendapatkan beras premium lokal 5 kg karena adanya keterbatasan suplai.

Baca juga: 5 Bantuan Sosial Cair Februari 2024: PKH, BLT, Beras, Cek Penerima di cekbansos.kemensos.go.id

Adapun keterbatasan suplai tak lepas dari masa panen yang diperkirakan baru akan datang pada pertengahan Maret 2024, serta belum masuknya beras tipe medium (SPHP) yang diimpor Pemerintah.

"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara supply dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras di pasar ritel modern (toko swalayan)," kata Roy dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (10/2/2024).

Roy mengatakan, keadaan kenaikan harga beras ini terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, bahan pokok lain juga ikut mengalami hal serupa.

Berita Rekomendasi

Hal yang membuat Roy semakin khawatir adalah pada bulan ini menjadi momen para peritel melakukan pembelian dari produsen guna persiapan pasokan di gerai-gerai ritel modern.

Peritel mulai bersiap menyediakan bahan pokok bagi masyarakat yang akan menunaikan ibadah puasa pada pertengahan Maret 2024 dan merayakan Idul Fitri pada April 2024.

Roy pun harus menelan fakta bahwa saat ini peritel tidak ada pilihan selain membeli beras dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal.

"Bagaimana mungkin kami menjualnya dengan (harga sesuai) HET? Siapa yang akan menanggung kerugiannya?" pungkas Roy.

Baca juga: Geruduk MK, Haris Azhar Singgung Jokowi Bagi-bagi Beras Hingga Gugatan Almas Terhadap Gibran

"Siapa yang akan bertanggung jawab bila terjadi kekosongan dan kelangkaan bahan pokok dan penting tersebut di gerai ritel modern? Karena kami tidak mungkin membeli mahal dan menjual rugi,” lanjutnya.

Maka demikian, Roy meminta relaksasi kebijakan HET untuk sementara waktu atas bahan pokok seperti beras, gula, minyak goreng, dan beberapa komoditas lainnya yang berpotensi mengalami kenaikan harga di Februari ini.

Roy mengatakan, relaksasi HET ini bisa mencegah kekosongan atau kelangkaan bahan pokok di gerai-gerai ritel modern Indonesia.

Dia bilang, bila kelangkaan terjadi, maka akan bermuara kepada konsumen melakukan "panic buying".

"Mereka akan berlomba membeli, bahkan menyimpan bahan pokok karena khawatir barang akan habis dan situasi harga yang tidak stabil," ujar Roy.

Libur Isra Miraj, Harga Beras Premium Stabil

Harga rata-rata bahan pokok secara nasional pada libur Isra Mi'raj hari ini, Kamis (8/2/2024), terpantau beragam.

Mengutip data panel harga Badan Pangan Nasional, harga beras premium tak mengalami kenaikan atau penurunan, stabil di Rp 15.590 per kilogram (kg).

Kemudian, beras medium mengalami penurunan harga menjadi Rp 13.690 per kg setelah turun Rp 30.

Bulog Amankan 600 Ribu Ton Beras Impor

Perum Bulog telah mengamankan 600 ribu ton beras impor. Targetnya, beras impor ini bisa tiba di RI pada akhir Maret 2024.

Adapun jumlah tersebut berasal dari dua kuota impor yang berbeda.

Pertama, sejumlah 500 ribu ton dari kuota importasi tahun ini sebanyak 3 juta ton. Kedua, sejumlah 100 ribu ton dari sisa kuota importasi tahun 2023.

Jadi, bila ditotal, ada 600 ribu ton beras impor yang ditargetkan tiba di Indonesia pada akhir Maret mendatang.

Hal ini dikatakan General Managr Unit Bisnis Bulog Sentra Niaga Topan Ruspayandi dalam acara diskusi bertajuk "Arah Kebijakan Pangan Indonesia Pasca Pemilu 2024", Jumat (9/2/2024).

"Kita kemarin baru saja dua minggu yang lalu kita adakan lelang terbuka di Bulog. Kita mengundang puluhan eksportir dari negara-negara produsen beras. Kita kemarin sudah berkontrak 500.000 ton dan carry out yang 100.000 ton sisa (dari kuota impor 2023). Targetnya akhir Maret itu harus sudah masuk semua," ujar Topan.

"Sambil berjalan ini, di hari-hari sekarang juga kita masih melakukan lelang lagi gitu ya untuk memenuhi izin impor yang sisanya di 2024," lanjutnya.

Baca juga: Update Harga Pangan per 6 Februari: Daging Ayam, Telur, Minyak dan Beras Melonjak Tajam

Sebelumnya, Pemerintah mengumumkan akan kembali mengimpor beras dengan kuota sebesar 3 juta ton sepanjang tahun 2024.

Sebagian beras impor atau sekitar 2 juta ton ditargetkan datang pada Maret 2024.

Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Badan Pangan Nasional, dan Perum Bulog mengklaim impor beras dilakukan di tahun politik ini untuk mencukupi Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan keperluan Bantuan Sosial.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) pun berjanji untuk langsung menyetop impor beras jika hasil panen padi dalam negeri sudah ada.

Ia mengatakan, sejatinya keputusan untuk melakukan importasi merupakan sesuatu yang pahit untuk dilakukan.

"Kalau panen, kita setop impornya. Jadi gini ya, impor itu pahit. Sekali lagi, pahit banget. Kenapa? Karena geliat ekonominya dipindah ke Thailand sama ke Vietnam (sebagai negara asal impor beras)," kata Arief kepada Tribunnews, Minggu (28/1/2024).

"Makanya cepat (tanam padinya). Ini kan lagi hujan. Hujan itu waktunya tanam. Tanam yang banyak," lanjutnya.

Ia menegaskan, kalau menanam padi sekarang, tiga bulan lagi ada hasil panennya, ia memastikan akan langsung menghentikan impornya.

"Gak usah ragu-ragu. Sampaikan, kita setop. Kita pengennya nomor satu ketersediaan pangan itu adalah produksi dalam negeri," ujar Arief.

Arief menambahkan, ketika panen raya nanti, Perum Bulog juga harus dipastikan dapat menyerap hasil panen tersebut agar harga di petani tidak jatuh.

Baca juga: Blusukan di Pasar Palimo Palembang, Ganjar Dengarkan Keluhan Tingginya Harga Beras dan Gula

Indonesia Kekurangan Beras

Arief sebelumnya turut mengungkap bahwa Indonesia mengalami defisit beras pada awal tahun ini.

Ia mengatakan, kekurangan beras yang dialami Indonesia pada Januari-Februari 2024 mencapai 2,8 juta ton.

"Untuk angka panen di awal Januari sudah ada proyeksinya, jadi angkanya dekat-dekat 1 juta ton. Sementara kebutuhan beras sebulan sekitar 2,5 sampai 2,6 juta ton. Dua bulan di 2024 ini akibat El Nino, total kekurangan kita memang sampai 2,8 juta ton," kata Arief di Istana Negara, Jakarta, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (19/1/2024).

Arief pun mengatakan beras hasil carry over hasil importasi tahun 2023 dan hasil importasi tahun ini akan digunakan untuk mengatasi kekurangan ini.

"Kita akan cover dengan yang carry over 2023 dan importasi yang masuk di 2024. Jadi saya rasa cukup stoknya," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas