Beras Kemasan 5 Kilogram 'Raib' di Ritel Modern
Pramuniaga Alfamidi mengatakan bahwa beras kemasan 5 kg itu sudah tidak ada sejak 2 Minggu yang lalu
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beras kemasan 5 kilogram (Kg) yang biasa dijajakan pasar ritel modern seperti Alfamidi dan Indomaret perlahan mulai lenyap.
Pantauan Tribunnews di Alfamidi Tanjung Barat, Jakarta Selatan pada Senin (19/2/2024) stok beras kemasan 5 kg baik premium maupun beras program Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP) Bulog tidak nampak di rak yang biasa disediakan untuk beras.
Hanya tersisa beras merah kemasan 2 kg yang jumlahnya hanya empat bungkus. Justru, rak beras itu diganti dengan stok tepung terigu dan gula.
Baca juga: Inkoppas akan Salurkan Beras SPHP ke Daerah Penyangga Jakarta
Pramuniaga Alfamidi mengatakan bahwa beras kemasan 5 kg itu sudah tidak ada sejak 2 Minggu yang lalu. Dia pun mengaku keberadaan beras ini sulit didapatkan dibandingkan barang lainnya.
"Beras habis, sudah pada habis semua rata-rata. Sudah lama enggak ada sejak kampanye pemilu sudah pada kosong," kata Pramuniaga saat ditemui Tribunnews, Senin.
Senada dengan Alfamidi, Tribunnews mencoba menyusuri ritel modern lainnya seperti Indomaret Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Stok beras kemasan 5 kg pun tak nampak. Hanya beras jenis lain misalnya beras merah, beras jagung, beras singkong bahkan beras Porang.
Terpantau pada rak besi itu beras merah dengan kemasan 2 kilogram Rp 36.100 tersisa 4 pcs. Beras jagung Rp 39.900 kemasan 1 kg tersisa 2 pcs. Beras singkong Rp 39.900 kemasan 1 kg hanya 2 pcs.
Kemudian, beras ketan hitam kemasan 500 gram Rp 20.900 tersisa 2 pcs dan terakhir beras fukumi atau beras porang Rp 196.000 kemasan 1 kg hanya tersisa 1 pcs.
Kelangkaan beras di pasar ritel modern ini berbanding terbalik dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengungkapkan bahwa stok beras di Pasar Induk Cipinang melimpah, sehingga dia membantah stok beras mulai lenyap di pasaran.
Baca juga: Jokowi Tegaskan Bansos Pangan Tidak Berhubungan dengan Kelangkaan Beras
"Saya datang di pasar induk beras Cipinang ini untuk memastikan bahwa stoknya ada," kata Jokowi, Kamis (15/2/2024).
Presiden memastikan bahwa stok beras sekarang ini ada. Presiden sudah mengecek ketersediaan beras ke pasar induk dan gudang-gudang beras.
"Ini hari ini kita cek melimpah tinggal distribusi ke pasar ritel, pasar yang ada di daerah semuanya. Cek langsung ke gudang ini ke pedagang di cek cek," pungkasnya.
Sebelumnya Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) mengungkap saat ini kondisi stok beras premium mulai mengalami kelangkaan di pasar ritel modern.
Ketua Umum APRINDO Roy Mandey mengatakan peritel mulai kesulitan mendapatkan suplai beras tipe premium lokal dengan kemasan 5 kilogram (kg).
Pengusaha ritel kesulitan mendapatkan beras premium lokal 5 kg karena adanya keterbatasan suplai.
Adapun keterbatasan suplai tak lepas dari masa panen yang diperkirakan baru akan datang pada pertengahan Maret 2024, serta belum masuknya beras tipe medium (SPHP) yang diimpor Pemerintah.
"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara supply dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras di pasar ritel modern (toko swalayan)," kata Roy dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (10/2/2024).
Roy mengatakan, keadaan kenaikan harga beras ini terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, bahan pokok lain juga ikut mengalami hal serupa.
Hal yang membuat semakin khawatir adalah pada bulan ini menjadi momen para peritel melakukan pembelian dari produsen guna persiapan pasokan di gerai-gerai ritel modern.
Peritel mulai bersiap menyediakan bahan pokok bagi masyarakat yang akan menunaikan ibadah puasa pada pertengahan Maret 2024 dan merayakan Idul Fitri pada April 2024.
Roy pun harus menelan fakta bahwa saat ini peritel tidak ada pilihan selain membeli beras dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal.
"Bagaimana mungkin kami menjualnya dengan (harga sesuai) HET? Siapa yang akan menanggung kerugiannya?" pungkas Roy.
"Siapa yang akan bertanggung jawab bila terjadi kekosongan dan kelangkaan bahan pokok dan penting tersebut di gerai ritel modern? Karena kami tidak mungkin membeli mahal dan menjual rugi," lanjutnya.