Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2024 Capai 5,11 Persen, Anggota DPR: Sudah di Jalur Tepat dan Solid

Mobilitas masyarakat juga semakin meningkat yang ditunjukkan peningkatan jumlah penumpang di seluruh moda transportasi.

Penulis: willy Widianto
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2024 Capai 5,11 Persen, Anggota DPR: Sudah di Jalur Tepat dan Solid
ISTIMEWA
Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Puteri Anetta Komarudin. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi pada kuartal 1 tahun 2024 mencapai 5,11 persen. Pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun ini tertinggi sejak 2019.

Terkait hal tersebut Anggota Komisi XI DPR Puteri Anetta Komarudin menyebut tren pemulihan ekonomi nasional berada pada jalur yang tepat dan semakin solid. Ia mengatakan hal itu karena pertumbuhan ekonomi cukup impresif.

“Meski dihadapkan dengan kondisi ketidakpastian global akibat eskalasi ketegangan geopolitik, pelemahan nilai tukar, hingga penurunan harga komoditas, justru ekonomi kita mampu tumbuh di atas 5% yang ditopang oleh kuatnya aktivitas ekonomi domestik. Capaian impresif ini tentunya menunjukkan tren pemulihan ekonomi pada jalur yang tepat dan semakin solid," kata Puteri dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Selasa (7/5/2024).

Menurut Puteri, hal tersebut tidak terlepas dari aktivitas produksi yang semakin meningkat. Diantaranya terlihat dari Prompt Manufacturing Index (PMI) yang masih berada di zona ekspansi yang mencapai 52,80%.

Baca juga: Situasi Politik Stabil Anggota DPR Optimis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Meningkat

Selain itu, mobilitas masyarakat juga semakin meningkat yang ditunjukkan peningkatan jumlah penumpang di seluruh moda transportasi.

Realisasi investasi juga semakin menguat yang tercermin dari realisasi penanaman modal tumbuh 22,07% (yoy) dan belanja modal pemerintah tumbuh hingga 17,76% (yoy).

Daya beli dan konsumsi masyarakat juga terjaga yang turut didorong momen Ramadan. Tercermin dari indeks penjualan ritel yang tumbuh 3,63% (yoy), belanja bantuan sosial tumbuh 20,71% (yoy), serta jumlah uang yang beredar tumbuh 6,36% (yoy).

Berita Rekomendasi

Beberapa indikator ini menunjukkan kondisi perekonomian yang terus pulih dan semakin bangkit.

“Melihat realisasi ini, kami yakin pertumbuhan ekonomi pada kuartal berikutnya masih akan tetap tumbuh positif dan tinggi. Terutama pada kuartal II yang secara tren selalu menunjukkan realisasi yang lebih tinggi dibandingkan kuartal I,” ujar Puteri.

Puteri mengatakan, momentum Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri dapat mengangkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan sektor transportasi dan ritel. Selain itu, pemerintah juga terus menopang konsumsi masyarakat melalui berbagai bantuan sosial dan subsidi sebagai bantalan untuk melindungi daya beli masyarakat.

“Untuk itu, kami yakin dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% sepanjang tahun 2024,” katanya.

Selama periode pemerintahan Presiden Joko Widodo yang memberikan mandat kepada Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, terbukti telah mampu membawa ekonomi Indonesia melewati masa krisis akibat pandemi Covid-19. Bahkan, akhirnya bisa pulih lebih cepat dan tumbuh di kisaran 5 persen.

Capaian itu menjadi modal yang kuat yang disiapkan untuk mengejar target pertumbuhan 6-7% seperti yang diusung pemerintahan berikutnya di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.

“Untuk itu, kita perlu lanjutkan hilirisasi, industrialisasi, pemerataan pembangunan, transisi energi hijau, pembangunan lumbung pangan, hingga pengembangan ekonomi kreatif dan UMKM. Kita perlu perluas hilirisasi di berbagai sektor seperti perkebunan, perhutanan, perikanan, UMKM, dan sektor digital,” kata Puteri.

Contohnya, pada komoditas nikel yang setelah dilakukan hilirisasi mampu menghasilkan penerimaan perpajakan hingga Rp17,96 triliun pada 2022 atau naik 10,8 kali lipat dibandingkan 2016 yang hanya Rp1,66 triliun.

Hilirisasi juga mampu membuka lapangan kerja. Di Sulteng misalnya, sebelum hilirisasi, hanya 1.800 tenaga kerja yang terserap di dalam pengolahan nikel. Setelah hilirisasi, menjadi 71.500 tenaga kerja yang bisa bekerja.

“Kalau hilirisasi yang sedang berjalan ini bisa kita teruskan. Pastinya juga akan menciptakan multiplier effect bagi perekonomian dan penyerapan tenaga kerja yang jauh lebih besar. Dengan begitu, kita bisa mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas,” ujar Puteri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas