Solar Langka, Sopir Kendaraan Rela Antre Berjam-jam di Sulut dan Banten
Antrean panjang kendaraan yang akan mengisi bahan bakar minyak (BBM) solar terjadi di beberapa daerah di Indonesia
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Antrean panjang kendaraan yang akan mengisi bahan bakar minyak (BBM) solar terjadi di beberapa daerah di Indonesia, dalam beberapa hari terakhir.
Puluhan pengemudi harus rela mengantre dan memarkir kendaraannya mengantre hingga puluhan meter dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Di Sulawesi Utara, situasi tersebut tidak hanya terjadi di ibu kota Manado, namun terjadi di sejumlah daerah lainnya.
Baca juga: Harga BBM di SPBU Pertamina Per Mei 2024: Pertalite, Pertamax, dan Solar Kompak Turun
Pantauan sejak beberapa hari terakhir, antrean panjang masih marak ditemui.
Di beberapa lokasi, antrean tersebut bahkan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang signifikan.
Beberapa sopir pun rela antre berjam-jam hanya agar bisa kembali beraktivitas bahkan bekerja.
Menanggapi situasi ini, Pengamat Ekonomi Sulut, Robert Winerungan beri komentar.
Menurutnya, antrean BBM solar sudah lama terjadi dan mengakibatkan dampak negatif yang luas.
"Antrean panjang yang membutuhkan waktu lama menyebabkan kehilangan waktu kerja atau operasional," kata dia dikutip dari Tribun Manado, Rabu (12/6/2024)
Akibatnya, transportasi menjadi tidak efisien, biaya transportasi meningkat, dan pengusaha angkutan truk serta bus kesulitan beroperasi tepat waktu.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa kelangkaan solar ini bisa menjadi pemicu inflasi.
Baca juga: Gunakan Teknologi Chip dan Hologram, KB Bank Perluas Akses Fuel Card Solar Bersubsidi di Bintan
Winerungan menjelaskan, jika beban subsidi sudah tidak sesuai dengan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), lebih baik harga BBM naik daripada selalu terjadi kelangkaan.
Kelangkaan ini membuat masyarakat tidak pasti akan ketersediaan solar, yang pada gilirannya berdampak buruk pada perekonomian.
Sampai saat ini, belum ada solusi konkret yang disampaikan oleh pihak berwenang untuk mengatasi masalah ini.
Ia berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan ketersediaan BBM solar dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kelangkaan ini.
Banten
Sementara di Banten, sejumlah truk dan kendaraan berat mengantre di beberapa titik SPBU di Kota Cilegon, Banten.
Antrean itu disinyalir karena BBM jenis solar langka selama beberapa pekan terakhir.
Salah satunya di SPBU Pertamina 34.424.07 yang berlokasi di Jl. Mayjend. Soetoyo, Kecamatan Gerogol, Kota Cilegon.
Berdasarkan pemantauan TribunBanten.com saat berada di lokasi sekitar pukul 14.00 WIB.
Tampak sejumlah truk-truk besar sedang mengantre pengisian BBM jenis solar di SPBU Pertamina 34.424.07 Kecamatan Gerogol.
Para truk telah mengantre berjam-jam untuk mendapatkan solar.
Seorang Sopir Truk PT. Citra Transport Logistik, Iwan menyampaikan antrean solar terjadi hampir di sejumlah SPBU.
"Langka soalnya, ini sering terjadi hampir seminggu ini di beberapa SPBU solar langka," ujarnya kepada TribunBanten.com saat ditemui di lokasi, Rabu (12/6/2024).
Iwan menyampaikan, setiap kali hendak mengisi BBM, dirinya harus rela mengantre berjam-jam.
Hal itu sering ia lakukan hampir satu minggu terakhir di wilayah Kota Cilegon.
"Bahkan udah nunggu berjam-jam tapi solarnya enggak ada, mending kita ngantri berjam-jam kalo solarnya ada, kalau enggak ada kan sia-sia juga," ungkapnya.
Hari ini saja, kata Iwan, dirinya telah mengantre sejak pukul 11.00 siang.
Namun hingga kini belum saja dilakukan pengisian, lantaran stok solar di SPBU tersebut masih kosong.
"Tadi nunggu dari jam 11 siang, katanya sih kemungkinan sore, tapi kita engga tau juga jam berapanya," ungkapnya.
Iwan juga menyebut kelangkaan solar bukan hanya terjadi di kota Cilegon.
Namun kelangkaan tersebut terjadi di sejumlah SPBU di luar Kota Cilegon atau Provinsi Banten.
"Hampir di beberapa SPBU yang agak sulit, bukan hanya di Cilegon aja, bahkan saya pernah menunggu dari jam 10 malam baru dapat solar jam 4 pagi," terangnya.
Menurut Iwan, kelangkaan solar ini sangat mengganggu aktivitas para pekerja sopir truk.
Selain merugikan waktu di jalan, dengan antrean lama membuat rugi dari sisi perekonomian.
"Harapannya pemerintah kalau mau ada kenaikan yah dinaikin aja, tapi jangan bikin susah kaya gini, kalau gini kan kita terganggu mau ke mana-mana juga," tandasnya.
(Ahmad Tajudin/TribunBanten.com/Petrick Imanuel Sasauw/Tribun Manado)