Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Rupiah Mulai Menguat, Anggota DPR: Biaya Produksi Bisa Turun

Kamrussamad mengatakan, penguatan rupiah akan berdampak pada penurunan biaya produksi.

Penulis: willy Widianto
Editor: Sanusi
zoom-in Rupiah Mulai Menguat, Anggota DPR: Biaya Produksi Bisa Turun
YouTube DPR RI
Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Kamrussamad 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa (25/6/2024) ditutup meningkat di tengah pasar mengantisipasi data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi atau Personal Consumption Expenditures (PCE) Amerika Serikat (AS).

Pada akhir perdagangan Selasa, rupiah menguat 19 poin atau 0,12 persen menjadi Rp 16.375 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.394 per dolar AS.

Meski menguat pemerintah diwanti-wanti tidak boleh lengah karena penguatan rupiah masih bersifat temporal.

Baca juga: Pelemahan Rupiah Peluang Emas Industri Dalam Negeri Substitusi Impor

"Penguatan masih bersifat temporal, semua kemungkinan bisa terjadi ke depan. Volatilitas akan terus mewarnai pasar global dan domestik," kata Anggota Komisi XI DPR Kamrussamad saat dihubungi, Selasa (25/6/2024).

Menurut Kamrussamad, guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah ke depan, Komisi XI DPR sudah memberikan masukan ke otoritas moneter agar mengevaluasi kebijakan operasi moneter mulai dari intervensi pasar sampai instrumen kebijakan melalui Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

"Termasuk efektivitas bauran kebijakan dengan otoritas fiskal," katanya.

Diketahui nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus menguat sejak Senin (24/6/2024). Rupiah naik 56 poin atau 0,34 persen menjadi Rp 16.394 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.450 per dolar AS pada Senin lalu.

BERITA REKOMENDASI

Kamrussamad mengatakan, penguatan rupiah akan berdampak pada penurunan biaya produksi.

Baca juga: Rupiah Melemah, Bank Dunia Perkirakan Belanja Subsidi dan Bansos Bebani APBN

"Penurunan biaya produksi terhadap industri yang komponen importnya dominan. Sebaliknya, pelemahan rupiah akan menaikkan cost produksi terhadap industri dengan komponen importnya," ujarnya.

Dia menyampaikan, pemerintah perlu membuat roadmap produk industri untuk antisipasi jangka panjang.
"Perlu dibuatkan roadmap produk industri dalam negeri go ekspor melalui 1Q 2C (quality, continuity, consistency)," ujar Kamrussamad.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas