Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Indonesia-China Mulai Bahas Kerja Sama Hilirisasi dan Industri Hijau

Kemenperin memandang perlunya reformasi tata kelola, diantaranya melalui pembinaan dan pengawasan intens terhadap kawasan industri dan smelter.

Penulis: Lita Febriani
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Indonesia-China Mulai Bahas Kerja Sama Hilirisasi dan Industri Hijau
HO
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Eko SA Cahyanto saat bertemu Wakil Menteri Industri dan Teknologi Informasi RRT Wang Jiangping di kantor Kementerian Perindustrian. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia yang diwakili Kementerian Perindustrian akan bekerja sama dengan pemerintah Tiongkok untuk pengembangan hilirisasi dan industri hijau.

Kemenperin mengusulkan kerja sama dengan Tiongkok pada industri photovoltaic dan bersama-sama menyusun kembali tata kelola industri smelter yang sebagian dibangun oleh perusahaan-perusahaan asal China.

Terkait hilirisasi industri, saat ini terdapat enam mineral yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia, yaitu Molibdenum, Antimon, Kromium, Kobalt, Lithium dan Logam Tanah Jarang. 

Kemenperin ingin kerja sama di bidang photovoltaic dengan mempertimbangkan kemajuan energi baru terbarukan yang dimiliki Tiongkok dan mewujudkan komitmen atas pengurangan emisi menjadi misi bersama negara-negara di dunia.

Baca juga: Pembangunan Smelter Dinilai Dapat Tingkatkan Hilirisasi Industri

Untuk meningkatkan kedalaman industri produk photovoltaic untuk Indonesia, pihak Indonesia mengundang industri pengolahan silika dan komponen photovoltaic Tiongkok berinvestasi di Indonesia.

"Indonesia membuka peluang kerja sama dengan Tiongkok dalam rangka mewujudkan industri hijau, khususnya pada sektor industri baja," tutur Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Eko SA Cahyanto dalam keterangan, Jumat (27/9/2024).

Berita Rekomendasi

Sekjen Kemenperin juga menyampaikan bahwa pihaknya menaruh perhatian besar terhadap tata kelola industri smelter yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan asal Tiongkok, yang banyak membangun kawasan industri dan smelter khususnya nikel di wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara.

Kemenperin memandang perlunya reformasi tata kelola, diantaranya melalui pembinaan dan pengawasan intens terhadap kawasan industri dan industri smelter.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pengelolaan industri sesuai standar yang berlaku secara nasional maupun internasional.

Selanjutnya, untuk hilirisasi mineral tidak lepas dari upaya penerapan prinsip-prinsip berkelanjutan. Indonesia telah memiliki standar industri hijau dengan tiga pilar industrialisasi hijau, meliputi peningkatan struktur industri yang berkesinambungan, peningkatan efisiensi energi di semua tahap produksi dan promosi transisi energi dan ekonomi sirkular. 

Pertemuan antara Sekjen Kemenperin dengan Wakil Menteri Industri dan Teknologi Informasi RRT Wang Jiangping merupakan tindak lanjut dari pertemuan antara Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dan Menteri Industri dan Teknologi Informasi RRT Jin Zhuanglong di Beijing, Juni lalu.

Pada pertemuan tersebut, Menperin menyampaikan situasi bisnis di Indonesia, yang sangat strategis bagi perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk menjalankan aktivitas industrinya.

"Kami mengharapkan kunjungan Wakil Menteri Industri dan Teknologi Informasi RRT kali ini akan meningkatkan dan memperkuat hubungan yang sudah terjalin baik antara kedua negara, khususnya dalam memperkuat kerja sama sektor industri," ucap Eko.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas