Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bisnis Pariwisata Korsel Terancam Mandek, Terseret  Krisis Politik Buntut Deklarasi Darurat Militer

Bisnis pariwisata di Korea Selatan (Korsel) mulai terancam setelah beberapa pelancong luar negeri membatalkan perjalanan liburannya ke Korea Selatan

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bisnis Pariwisata Korsel Terancam Mandek, Terseret  Krisis Politik Buntut Deklarasi Darurat Militer
Yonhap/Korea Herald
Kota Seoul, ibu kota Korea Selatan dilanda hujan salju lebat selama dua hari berturut-turut pada hari Kamis, 28 November 2024. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Bisnis pariwisata di Korea Selatan (Korsel) mulai terancam setelah beberapa pelancong luar negeri membatalkan perjalanan liburannya ke Korea Selatan buntut krisis politik yang berkecamuk.

Ancaman ini mulai terungkap setelah Asosiasi Start-up Pariwisata Korea mengatakan bahwa jumlah pemesanan hotel dan penerbangan di Korsel untuk paruh pertama 2025 mengalami penurunan tajam.

Pernyataan tersebut turut dikonfirmasi oleh Grup hotel Accor, yang mencakup merk Fairmont dan Sofitel, dalam keterangan resminya mereka mengatakan bahwa pemesanan hotel telah mengalami peningkatan pembatalan sekitar 5 persen sejak 3 Desember, lebih tinggi daripada November.

Baca juga: BUMN Bersinergi Renovasi Gedung Sekolah TK Dekat Objek Wisata Nepal Van Java

“Kamar-kamar di hotel-hotel yang sebelumnya di pesan penuh di ibu kota Seoul telah tersedia karena pembatalan dengan beberapa hotel,” jelas juru bicara Grup hotel Accor.

Untuk menekan kerugian akibat pembatalan tersebut, Grup hotel Accor bahkan turut menurunkan tarif mereka dan memberikan penawaran khusus untuk menarik lebih banyak pemesanan," kata seorang agen perjalanan masuk yang enggan disebutkan namanya.

Meskipun pembatalan tidak terjadi dalam jumlah besar, namun masalah ini telah memicu ancaman baru bagi industri perhotelan dan pariwisata di Korsel. Lantaran Industri perjalanan dan pariwisata Korea Selatan, menjadi salah satu penyokong utama bagi pendapatan negara.

Berita Rekomendasi

Dimana jumlah pendapatan yang dihasilkan sektor pariwisata Korsel menghasilkan 84,7 triliun won atau sekitar 59,1 miliar dollar AS pada tahun 2023, menyumbang sekitar 3,8 Persen dari PDB negara.

"Ada kekhawatiran bahwa masalah keamanan di Seoul akan berdampak buruk pada industri pariwisata," kata Wali Kota Seoul Oh Se-hoon pada Rabu saat bertemu dengan pejabat industri pariwisata untuk membahas penurunan permintaan perjalanan.

Tak hanya sektor pariwisata, klinik bedah plastik di lingkungan kelas atas Gangnam di Seoul juga terancam terdampak setelah beberapa pasien asing telah membatalkan kunjungan sejak insiden darurat militer.

Adapun kemerosotan bisnis terjadi buntut krisis politik Korsel pasca Presiden Yoon mendeklarasikan darurat militer dengan pengerahan pasukan yang mengepung gedung parlemen pada Selasa (3/12/2024) tengah malam.

Baca juga: 7 Tempat Wisata Hits di Mojokerto, Jawa Timur yang Wajib Dikunjungi Saat Liburan

Langkah ini dilakukan Yoon dengan dalih munculnya isu kudeta dari kelompok pro-Korea Utara. Ia menuduh oposisi sebagai "kekuatan anti-negara pro-Korea Utara" dan menyebut mereka telah menciptakan krisis yang mengancam tatanan konstitusional.

Namun belakangan terkuak alasan presiden Yoon memberlakukan status darurat militer lantaran adanya perselisihan antara presiden Yoon dan parlemen yang dikendalikan oposisi mengenai anggaran dan tindakan lainnya, bukan karena ancaman eksternal.

Meski darurat militer tersebut dicabut setelah enam jam diumumkan, namun buntut ketegangan tersebut Presiden Yoon harus menghadapi resiko pemakzulan dari berbagai pihak.

Para politikus Korea Selatan  menyebutkan deklarasi Yoon Suk Yeol ilegal dan tidak konstitusional. Pemimpin partai Yoon Suk Yeol, Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif, menyebutkan langkah Yoon Suk Yeol adalah "langkah yang salah".

Saham hingga Won Korsel Amblas

Lebih lanjut konflik politik di Korea Selatan yang tak kunjung rampung memicu dampak negatif bagi volatilitas mata uang won, hingga nilainya anjlok ke level terendah, Senin (9/12/2024).

Dilansir dari Refinitiv, won Korea Selatan sejak beberapa hari terakhir terus mencatatkan penurunan terdepresiasi sebesar 2,11 persen, menyentuh angka KRW1.424,14 per dolar AS pada 6 Desember 2024.

Sedangkan pada siang hari ini pukul 11:09 WIB, won Korea Selatan kembali terpuruk ke kisaran KRW1.435,29 dollar AS, mendekati level terlemahnya sejak 2009.

Menyusul penurunana won, mayoritas saham Korsel juga ikut ambruk diantaranya seperti Indeks acuan Kospi yang anjlok 2,8 persen, disusul penurunan Indeks Kosdaq berkapitalisasi kecil yang merosot lebih dari 5 persen, jadi yang terendah sejak April 2020.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas