Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Minyak Dunia Tembus 73 Dolar AS per Barel Dampak Uni Eropa Sanksi Rusia

OPEC dan sekutunya pekan lalu mengumumkan rencana untuk menunda peningkatan pasokan untuk ketiga kalinya.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Minyak Dunia Tembus 73 Dolar AS per Barel Dampak Uni Eropa Sanksi Rusia
Times of India
Ilustrasi. Harga minyak mentah Brent ditutup naik 1,33 dolar AS, atau 1,84 persen menjadi 73,52 dolar AS per barel. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
 
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak dunia di perdagangan pasar global mencatatkan lonjakan lebih dari 1 persen usai Eropa menyetujui putaran sanksi tambahan untuk memukul ekonomi Rusia.

Mengutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup naik 1,33 dolar AS, atau 1,84 persen menjadi 73,52 dolar AS per barel. Lonjakan serupa juga terjadi pada jenis minyak West Texas Intermediate (WTI) AS yang naik 1,70 dolar AS atau 2,48 persen, menjadi 70,29 dolar AS, Kamis (12/12/2024)

Kedua patokan harga global tersebut naik usai investor dibayangi kekhawatiran terkait adanya pengetatan pasokan minyak pasca Duta Besar Uni Eropa menyetujui paket sanksi ke-15 terhadap Rusia atas perangnya melawan Ukraina.

"Saya menyambut baik pengesahan paket sanksi ke-15 kami, yang khususnya menargetkan 'armada bayangan' Rusia," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di media sosial X.

Baca juga: Minyak Dunia Anjlok Akibat OPEC+ Tunda Peningkatan Produksi, Brent Dijual 68,30 Dolar AS

Imbas sanksi tersebut armada yang digunakan Rusia untuk mengangkut minyak mentah terancam terdampak, sanksi armada ini sengaja jadi target sanksi lantaran berperan penting dalam membantu Rusia menghindari batasan harga 60 dolar AS per barel yang ditetapkan oleh G7 untuk menjegal bisnis  minyak mentah Rusia yang diangkut melalui laut.

Kendati adanya sanksi ini membuat aliran minyak Rusia dapat dikendalikan penuh oleh UE, namun imbas saksi anyar tersebut minyak di pasar global ikut terdampak hingga melesat ke level tertinggi.

Langkah serupa juga diberlakukan pemerintah AS, melalui Menteri Keuangan Janet Yelle mengumumkan bahwa negaranya terus mencari cara-cara kreatif untuk mengurangi pendapatan minyak Rusia.

Berita Rekomendasi

Ketegangan itu lantas membuat harga minyak merambat naik, memperparah kerugian pasar minyak yang sebelumnya telah amblas secara teoritis dengan kemungkinan kerugian 1 mb/ day karena adanya penurunan produksi minyak OPEC+ hingga April 2025.

OPEC dan sekutunya pekan lalu mengumumkan rencana untuk menunda peningkatan pasokan untuk ketiga kalinya. Keputusan ini diambil buntut lambatnya permintaan global dan melonjaknya produksi minyak di luar kelompok OPEC.

Dalam laporan bulanannya, OPEC mengatakan pihaknya memperkirakan permintaan minyak global tahun 2024 akan naik 1,61 juta barel per hari (bph), turun dari 1,82 juta bph bulan lalu.

Mereka berdalih situasi ini merasa perlu dilakukan untuk mempertahankan kestabilan harga dengan cara menunda rencana peningkatan produksi.

Adapun daftar 13 negara anggota OPEC yangs epakat menunda produksi diantaranya  termasuk Aljazair, Angola, Arab Saudi, Gabon, Guinea Khatulistiwa, Iran, Irak, Kongo, Kuwait, Libya, Nigeria, Uni Emirat Arab, dan Venezuela, secara kolektif mengambil keputusan untuk menjaga produksi tetap rendah demi stabilitas pasar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas