Strategi Xi Jinping Sukses Kerek Ekspor China, Melesat ke Rekor Tertinggi Meski Ada Perang Dagang
Otoritas China berhasil membuat pengiriman naik hampir setiap bulan, mendorongnya melampaui titik tertinggi tahun 2022 selama pandemi.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Ekspor China di sepanjang 2024 mencatatkan lonjakan tertinggi, tumbuh hingga 10,7 persen menjelang diberlakukannya perang dagang antara Washington dengan Beijing.
Data dari Bea Cukai China yang dikutip dari Bloomberg melaporkan bahwa, ekspor naik 10, persen menjadi 336 miliar dollar AS pada Desember 2024. Hal itu mendorong pengiriman untuk keseluruhan tahun lalu ke rekor tertinggi jadi 3,6 triliun dollar AS, tertinggi selama pandemi..
Adapun penguatan nilai ekspor terjadi setelah Presiden China Xi Jinping mengumumkan beberapa langkah paling agresifnya untuk mendongkrak perekonomian sejak pandemi COVID-19.
Termasuk memangkas suku bunga kebijakan, memberlakukan pelonggaran pembelian properti, hingga menyuntikkan likuiditas ke pasar keuangan, serta meluncurkan program pertukaran utang untuk meringankan tekanan fiskal pemerintah daerah.
Baca juga: Ekonomi Asia Diprediksi Melambat Akibat Krisis di Cina dan Perang Dagang
Terbukti lewat strategi ini otoritas China berhasil membuat pengiriman naik hampir setiap bulan, mendorongnya melampaui titik tertinggi tahun 2022 selama pandemi.
Permintaan yang kuat dari luar negeri juga membantu memberikan pertumbuhan bagi ekonomi domestik yang telah berjuang karena krisis perumahan yang berkelanjutan dan konsumsi yang lemah.
Hal itu dapat dilihat di pelabuhan Shanghai, yang tahun lalu menjadi pelabuhan pertama di dunia yang menangani lebih dari 50 juta peti kemas berukuran 20 kaki. Pelabuhan tersebut memproses 51,5 juta kotak tahun lalu, naik 5 persen lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun 2023 dan 19 persen lebih banyak dari tahun 2019, setahun sebelum pandemi.
Dengan data ini, Zichun Huang, ekonom China di Capital Economics optimis Ekspor China akan tetap kuat dalam beberapa bulan kedepan karena perusahaan meningkatkan pengiriman untuk menghindari tarif yang lebih tinggi menjelang Presiden baru AS memberlakukan kenaikan tarif impor 60 persen untuk barang-barang asal China.
“Pengiriman keluar kemungkinan akan tetap tangguh dalam jangka pendek, didukung oleh peningkatan lebih lanjut dalam pangsa pasar global berkat nilai tukar riil efektif yang lemah,” tulis Huang, dikutip dari Al Jazeera.
Sejalan dengan data ekspor China yang mencatatkan pergerakan positif, bulan lalu Bank Dunia menaikkan estimasi pertumbuhan Tiongkok tahun 2024 menjadi 4,9 persen, naik dari perkiraannya sebesar 4,8 persen pada bulan Juni.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.