Trik Pedagang Warteg Siasati Pedasnya Harga Cabai: Campur Lada dengan Sambal Instan
Makin pedasnya harga cabai di berbagai daerah membuat pelaku usaha kuliner berputar otak agar tak rugi. Sambal instan jadi pilihan.
Penulis: Anita K Wardhani
Editor: Choirul Arifin

Trik Pedagang Warteg dan UMKM Kuliner Siasati Pedasnya Harga Cabai, Campurkan Sambal Instan dan Lada
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Semakin pedasnya harga cabai di berbagai daerah membuat pelaku usaha kuliner berputar otak agar tak rugi. Sambal instan jadi pilihan.
Harga cabai kini melonjak tajam di pedagang sayur.
Baca juga: Harga Cabai Rawit Naik 42 Persen Sejak Desember 2024, di Nduga Papua Dibanderol Rp 180 Ribu
Pantauan di berbagai daerah, harga cabai tidak ada yang di bawah Rp100 ribu, bahkan ada daerah yang harganya tembus Rp120 ribu hingga Rp150 ribu per kilogram.
Kenaikan ini berlipat-lipat, dari harga normal cabai rawit merah biasanya sekitar Rp 40.000-Rp 60.000 per kg.
Kenaikan harga cabai rawit sudah berlangsung sebelum Tahun Baru 2025.
Umar, salah seorang pedagang di Pasar Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, mengatakan bahkan pembelian ecer Rp 5 ribu hanya bisa dapat 5 sampai 8 biji saja, tergantung dari timbangan ukuran ons.
Baca juga: Harga Cabai Mahal, Ini Kata Mentan Amran
Harga cabai cabai rawit merah di Pasar Cileungsi, Bogor, saat ini dibanderol Rp 130 ribu per gram.
Ia menduga, kenaikan harga cabai ini karena stok menipis imbas petani gagal panen. Sementara, daya beli masyarakat akan cabai tinggi.
"Faktor panen gagal sepertinya, belum panen raya juga, kalau sudah panen raya mudah-mudahan ada penurunan harga," kata Umar, baru-baru ini.
Trik Pedagang Makanan Siasa Pedasnya Harga Cabai, Campurkan Sambal Instan dan Lada

Cabai bagi pelaku usaha kecil menengah (UMKM) yang bergerak di bidang perdagangan makanan bak komoditas pokok yang sangat penting, layaknya beras dan minyak.
Tak heran jika kenaikan harga cabai cukup membuat pusing dan dompet pedagang rasakan 'pedasnya' harga cabai.
Baca juga: 16 Januari 2025 Memperingati Hari Apa? Ada Hari Makanan Pedas Internasional dan Harlah ke-102 NU
Taks sedikit yang berpikir keras memutar otak, bagaimana menjaga kualitas pedas pada rasa makanan yang mereka jual tanpa menguras modal.
"Ya harus berpikir kreatif biar makanannya tetap pedas, tapi modal gak kepedasan," kata Inah seorang pedagang Warung Tegal (warteg) di Ciputat Tangerang Selatan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.