Anggota DPR Minta Pertamina Libatkan UMKM dalam Pembelian Minyak Jelantah
Konsumsi minyak goreng di Indonesia sangat tinggi, diperkirakan mencapai 16 juta ton per tahun, dengan sebagian besar digunakan oleh rumah tangga.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak, mendorong program pembelian minyak jelantah dari masyarakat oleh PT Pertamina melibatkan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Amin mengusulkan agar Pertamina melibatkan komunitas masyarakat dan pelaku UMKM dalam pengumpulan minyak jelantah.
"Pertamina dapat menjalin kerja sama dengan komunitas lokal dan UMKM untuk menjadi mitra strategis dalam mengumpulkan minyak jelantah dari masyarakat. Langkah ini akan memperluas jangkauan program sekaligus memberdayakan masyarakat secara ekonomi," ujar Amin saat dihubungi, Selasa (21/1/2025).
Amin berujar, kolaborasi dengan komunitas dan UMKM akan menciptakan ekosistem yang lebih inklusif dalam pengelolaan minyak jelantah. Dengan melibatkan berbagai pihak, program ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga memberdayakan ekonomi lokal.
Baca juga: Cara Tukar Minyak Jelantah ke Pertamina, Dapat Saldo E-Wallet Rp6 Ribu per Liter
Diketahui program tersebut bertujuan mengolah minyak jelantah menjadi biofuel seperti Bioavtur (SAF) dan bahan bakar diesel nabati (HVO), sejalan dengan upaya transisi energi bersih dan implementasi ekonomi sirkular.
"Program ini tidak hanya mendukung transisi energi menuju masa depan yang lebih hijau, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi masyarakat," kata Amin.
Dengan membeli minyak jelantah dari masyarakat, program ini berpotensi memberikan sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat sekaligus mengurangi limbah rumah tangga.
Konsumsi minyak goreng di Indonesia sangat tinggi, diperkirakan mencapai 16 juta ton per tahun, dengan sebagian besar digunakan oleh rumah tangga, restoran, dan industri makanan.
Dari setiap 1 liter minyak jelantah, sekitar 0,8–0,9 liter biodiesel dapat dihasilkan.
Jika hanya 30 persen dari konsumsi minyak goreng nasional dikumpulkan dan diolah menjadi biodiesel atau bioavtur, potensi produksinya dapat mencapai 4,8 juta kiloliter per tahun.
"Angka ini setara 35 persen kebutuhan biodiesel, kontribusi yang signifikan untuk mendukung kebutuhan energi terbarukan, khususnya di sektor transportasi," beber Amin.
Wakil Ketua Fraksi PKS itu menekankan bahwa program ini memiliki banyak dimensi manfaat. Dari sisi ekonomi, masyarakat memiliki peluang untuk menciptakan pendapatan baru dengan menjual minyak jelantah yang selama ini dianggap sebagai limbah.
Dari sisi lingkungan, pengolahan minyak jelantah menjadi biofuel dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan menekan emisi gas rumah kaca. Dari segi kesehatan, program ini juga memberikan dampak positif.
"Adanya insentif ekonomi untuk menjual minyak jelantah mendorong masyarakat untuk tidak menggunakan minyak goreng bekas secara berulang," ungkapnya.
Dia menjelaskan, penggunaan minyak jelantah berulang dapat menghasilkan senyawa berbahaya seperti radikal bebas dan akrolein, yang membahayakan kesehatan.
"Program ini juga diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penggunaan minyak jelantah berulang dalam makanan," tambahnya.
Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!
A member of

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.