Produksi Beras RI Januari-Maret 2025 Diproyeksi Mencapai 8,59 Juta Ton
Indeks Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) saat momentum panen raya selalu berada melebihi 100 poin dalam 2 tahun terakhir.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan produksi beras pada tiga bulan pertama 2025 dapat mencapai sekitar 8,59 juta ton.
Rinciannya pada Januari sebanyak 1,31 juta ton, Februari 2,08 juta ton, dan Maret 5,20 juta ton.
Apabila proyeksi tersebut tercapai, maka jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, produksi beras mengalami peningkatan hingga 50,97 persen.
Hal itu karena pada Januari sampai Maret 2024, produksi beras total berada di angka 5,69 juta ton.
Baca juga: Lagi Panen Raya, DPR Minta Bulog Segera Serap Gabah Petani Sesuai HPP Rp6.500 per Kg
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, apabila produksi meningkat, hulu dan hilirnya juga perlu dijaga.
Menurut dia, dari sisi hilir, saat ini inflasi disebut sangat stabil. Nilai tukar petani terus terjaga cukup baik.
"Bapak Menko Pangan tadi pesannya petani dan peternak kita jangan sampai merugi, apalagi pada saat panen raya," kata Arief saat rapat koordinasi bidang pangan di Medan, Sumatera Utara, dikutip dari siaran pers pada Rabu (22/1/2025).
Berdasarkan data BPS, indeks Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) saat momentum panen raya selalu berada melebihi 100 poin dalam 2 tahun terakhir.
Di puncak panen raya tahun 2023 di bulan Maret dan April, NTPP berada di 103,83 dan 104,06.
Sementara pada puncak panen raya tahun 2024 yang ada di bulan April dan Mei, NTPP tercatat di 105,54 dan 104,63.
"NTPP yang stabil lebih dari 100 harus kita jaga terus, apalagi saat momentum panen raya berlangsung," ujar Arief.
Ia juga mengingatkan agar Bulog dapat mengoptimalkan penyerapan hasil panen petani.
Bulog diminta menyerap gabah dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru, yaitu sebesar Rp 6.500 per kilogram (kg) dari Rp 6.000 per kg.
"Saat ada serapan dari Bulog, nanti itu bisa dipakai untuk intervensi pasar dan program pemerintah bagi masyarakat," ucap Arief.
"Jadi kita perlu perjuangkan nasib petani dengan penyerapan optimal agar harga petani tidak jatuh," lanjutnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.