Boeing Diambang Kebangkrutan, Kantongi Kerugian Rp64 Triliun Imbas Aksi Mogok Kerja
Pendapatan kuartalan hanya sebesar 15,2 miliar dolar AS atau jauh di bawah ekspektasi sebesar 16,27 miliar dolar AS.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) Boeing dilaporkan merugi sebesar 4 miliar dolar AS atau setara Rp64,48 triliun (Kurs Rp16.120) di sepanjang kuartal IV 2024.
Pembengkakan kerugian ini jauh lebih tinggi dari perkiraan Wall Street yang memprediksi kerugian Boeing dikisaran 1,80 dolar AS per saham.
Sementara pendapatan kuartalan hanya sebesar 15,2 miliar dolar AS atau jauh di bawah ekspektasi sebesar 16,27 miliar dolar AS.
Kerugian yang cukup besar itu mencerminkan tahun yang sulit bagi Boeing, mengutip dari CNBC International, pembengkakan kerugian Boeing terjadi karena beberapa faktor di antaranya pemogokan kerja berkepanjangan.
Baca juga: Wamenperin Faisol Riza Minta Boeing Bikin Pabrik Komponen di Indonesia
Krisis keuangan mulai melanda Boeing setelah 33 ribu staf di pabrik Pantai Barat AS melakukan aksi mogok kerja pada pertengahan September kemarin.
Mogok kerja digelar karyawan Boeing selama sepekan, sebagai bentuk protes agar perusahaan meningkatkan tawaran upah para staf dan mengembalikan dana pensiun yang telah dicabut satu dekade lalu.
Namun perselisihan tersebut tak kunjung mendapatkan jalan keluar. Imbas mogok kerja yang berkepanjangan pengiriman jet 777X-nya di stop selama setahun, tak sampai disitu mogok kerja juga membuat pesawat 737 Max, 767 mandek diproduksi.
Alasan ini membuat saham perusahaan anjlok merugi miliar dolar.
Tak hanya itu isu penundaan sejumlah program serta turunnya pengiriman Boeing di tahun 2024 yang hanya memproduksi 340 pesawat juga menjadi penyebab mengapa raksasa kedirgantaraan yang berbasis di Chicago itu mencatat kerugian fantastis pada kuartal IV-2024.
Boeing Obral Saham
Untuk menekan pembengkakan kerugian, sebelumnya Boeing mengumumkan rencana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), menargetkan 17.000 karyawannya atau setara 10 persen dari total tenaga kerjanya di seluruh dunia.
Namun langkah tersebut nyatanya tak cukup mampu menekan kerugian Boeing, hingga akhirnya Boeing Co. mengumumkan penjualan saham senilai 19 miliar dolar AS untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan yang bermasalah buntut lonjakan utang yang menggunung.
Penjualan saham senilai 19 miliar dolar AS itu disebut sebagai salah satu penjualan saham terbesar yang pernah dilakukan perusahaan publik.
Meski begitu cara ini diklaim dapat mencegah potensi penurunan peringkat kredit Boeing menjadi sampah atau junk credit di tengah aksi mogok para pekerja.
Mengutip dari Bloomberg, Boeing menawarkan 90 juta lembar saham biasa dan surat berharga wajib senilai 5 miliar dolar AS yang dapat dikonversi. Namun jika penawaran utama kelebihan permintaan, Boeing akan menerbitkan 13,5 juta saham lebih banyak dan dapat meningkatkan penawaran konversi wajib sebesar 750 juta dolar AS.
Lewat penjualan Boeing diperkirakan bisa meraup tambahan dana sebesar 13,95 miliar dolar AS dari penawaran saham biasa dan tambahan 2,1 miliar dolar AS jika penawaran tersebut kelebihan permintaan. Selain itu, Boeing juga dapat mendapat 5,75 miliar dolar AS dari penawaran wajib konversi.
Rencananya, Boeing akan menggunakan dana tersebut untuk keperluan umum perusahaan pasca mencatatkan kerugian operasional inti lebih dari 33 miliar dolar AS akibat aksi mogok kerja massal yang membuat merosotnya produksi produk pesawat terlarisnya mereka.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.