Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun Bisnis

IHSG Merosot hingga 6 Persen, Analis Sebut Akibat Banyaknya Sentimen Negatif dari Dalam Negeri

Dari sisi domestik, masih ada permasalahan terkait dengan tren pelemahan jumlah tingkat kelas mengenah di Indonesia.

Tribun X Baca tanpa iklan
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in IHSG Merosot hingga 6 Persen, Analis Sebut Akibat Banyaknya Sentimen Negatif dari Dalam Negeri
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
IHSG DIBUKA MELEMAH - Pekerja melintas di dekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (10/3/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan pada Senin (10/3) bergerak ke zona merah. IHSG berada di level 6.576,97, minus 59,97 poin atau melemah 0,90%. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan Selasa (18/3/2025) mengalami penurunan hingga 6 persen.

Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pun membekukan sementara perdagangan atau disebut juga sebagai trading halt pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) hingga 11:49:31 waktu JATS.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menjelaskan, penurunan ini terkait dengan sentimen pasar yang menunggu kebijakan pro-market dari pemerintah.

"Sejauh ini sentimen negatifnya kuat, khususnya di market Indonesia," katanya kepada Tribunnews, Selasa (18/3/2025).

Baca juga: Mengenal Trading Halt, Kebijakan BEI untuk Respons Anjloknya IHSG pada Hari Ini

Ia menjelaskan, dari sisi domestik, masih ada permasalahan terkait dengan tren pelemahan jumlah tingkat kelas mengenah di Indonesia.

Jadi, yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah kelas atas, buka kelas menengah.

"Situasi ini membuat kondisi makroekonomi domestik Indonesia masih relatif kurang kondusif. Apalagi kita sudah mengalami deflasi, minus 0,99 persen sejak 25 tahun terakhir,' ujar Nafan.

Berita Rekomendasi

Di sisi lain, ia mengatakan rupiah juga sedang mengalami depresiasi di kisaran Rp 16.000-Rp 16.400 per dolar AS.

Pelemahan rupiah ini tidak hanya disebabkan oleh data makroekonomi Indonesia, tetapi juga oleh kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump atau yang disebut juga Trumponomics.

"Trumponomics ini menyebabkan terjadinya inflow yang mengalir ke US domestic market karena terkait dengan yang namanya America First Policy," ucap Nafan.

Pelaku pasar juga disebut masih menantikan kebijakan pro-market dari pemerintah.

Nafan menilai investor cenderung memilih pasar yang lebih kondusif dan stabil.

Kondusifitas ini yang ia soroti tidak lepas dari wacana pemerintah ingin melibatkan Bareskrim Polri di kegiatan saham. Selain itu, juga soal polemik Danantara. 

Karena itu, Nafan pun memandang investor akan lebih prudent atau hati-hati ketika menanamkan modal di IHSG

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas