Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peta Sebaran Covid-19 di Indonesia: Menginfeksi 17 Provinsi, Terbanyak di DKI Jakarta

Sebanyak 450 kasus itu tersebar di 17 provinsi di Indonesia dengan Provinsi DKI Jakarta yang tercatat paling banyak.

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: bunga pradipta p
zoom-in Peta Sebaran Covid-19 di Indonesia: Menginfeksi 17 Provinsi, Terbanyak di DKI Jakarta
Istimewa
Grafis jumlah terpapar Corona hingga Sabtu (21/3/2020) sore. Total ada 450 kasus dan tersebar di 17 provinsi di Indonesia dengan Provinsi DKI Jakarta yang tercatat paling banyak. 

TRIBUNNEWS.COM - Jumlah pasien virus corona di Indonesia yang terkonfirmasi positif per Sabtu (21/3/2020) sebanyak 450 kasus.

Dari 450 kasus, sebanyak 38 orang dinyatakan meninggal meninggal dunia, sedangkan 20 di antaranya sudah sembuh.

Dengan demikian, pasien yang saat ini masih dalam perawatan ada 392 orang.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebanyak 81 kasus di banding hari sebelumnya yang berjumlah 369 kasus.

"Ada penambahan kasus 81 orang, sehingga kini total pasien positif Covid-19 totalnya 450 orang," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto saat konferensi pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu (21/3/2020) sore.

Sebanyak 450 kasus itu tersebar di 17 provinsi di Indonesia, provinsi DKI Jakarta menjadi daerah yang paling banyak.

Data yang ada di situs covid19.go.id menunjukkan, sebanyak 267 kasus terjadi di DKI Jakarta dengan rincian 17 orang sembuh dan 23 meninggal.

Berita Rekomendasi

Kasus Covid-19 ini telah melanda di enam provinsi di Pulau Jawa.

Jawa Barat (Jabar) menjadi wilayah dengan kasus terbanyak setelah DKI Jakarta.

Di Jabar terkonfirmasi ada 55 kasus, dengan rincian 1 sembuh, 7 orang meninggal.

Sementara di Banten menjadi wilayah dengan kasus terbanyak ketiga dengan 43 kasus, rinciannya 1 sembuh dan 2 meninggal.

Baca: China Klaim Obat Flu dari Jepang Ampuh Sembuhkan Corona, Butuh Persetujuan Bila Digunakan

Baca: Klorokuin Jadi Obat Covid-19, Pemerintah Ingatkan Orang Sehat Tak Membeli, Ini Alasannya

Update sebaran virus corona di Indonesia hingga 21 Maret 2020
Update sebaran virus corona di Indonesia hingga 21 Maret 2020 (covid19.go.id)

Berikut data sebaran kasus Covid-19 di tiap provinsi hingga Sabtu (21/3/2020) dilansir situs resmi pemerintah covid19.go.id :

1. DKI Jakarta

  • Terkonfirmasi: 267
  • Sembuh: 17
  • Meninggal: 23

2. Jawa Barat

  • Terkonfirmasi: 55
  • Sembuh: 1
  • Meninggal: 7

3. Banten

  • Terkonfirmasi: 43
  • Sembuh: 1
  • Meninggal: 2

4. Jawa Timur

  • Terkonfirmasi: 26
  • Sembuh: 0
  • Meninggal: 1

5. Jawa Tengah

  • Terkonfirmasi: 14
  • Sembuh: 0
  • Meninggal: 3

6. Kalimantan Timur

  • Terkonfirmasi: 9
  • Sembuh: 0
  • Meninggal: 0

7. Daerah Istimewa Yogyakarta

  • Terkonfirmasi: 5
  • Sembuh: 1
  • Meninggal: 0

8. Kepulauan Riau

  • Terkonfirmasi: 4
  • Sembuh: 0
  • Meninggal: 0

9. Bali

  • Terkonfirmasi: 3
  • Sembuh: 0
  • Meninggal: 1

10. Sulawesi Tenggara

  • Terkonfirmasi: 3
  • Sembuh: 0
  • Meninggal: 0

11. Kalimantan Barat

  • Terkonfirmasi: 2
  • Sembuh: 0
  • Meninggal: 0

12. Sumatera Utara

  • Terkonfirmasi: 2
  • Sembuh: 0
  • Meninggal: 1

13. Sulawesi Selatan

  • Terkonfirmasi: 2
  • Sembuh: 0
  • Meninggal: 0

14. Kalimantan Tengah

  • Terkonfirmasi: 2
  • Sembuh: 0
  • Meninggal: 0

15. Sulawesi Utara

  • Terkonfirmasi: 1
  • Sembuh: 0
  • Meninggal: 0

16. Lampung

  • Terkonfirmasi: 1
  • Sembuh: 0
  • Meninggal: 0

17. Riau

  • Terkonfirmasi: 1
  • Sembuh: 0
  • Meninggal: 0
Grafis jumlah terpapar Corona hingga Sabtu (21/3/2020) sore.
Grafis jumlah terpapar Corona hingga Sabtu (21/3/2020) sore. (Istimewa)

Rapid Test

Saat ini pemerintah telah mulai melakukan rapid test sebagai tindak pencegahan penyebaran virus corona.

Achmad Yurianto mengatakan hasil rapid test yang negatif belum tentu menunjukkan yang bersangkutan tidak sedang sakit.

Pemerintah akan melakukan rapid test ke seluruh wilayah di Indonesia terutama pada kelompok yang beresiko.

Pemeriksaan rapid test itu akan disinergikan dengan kegiatan tracing pada kasus yang positif corona.

Jika nantinya didapati hasil positif, maka akan dilakukan isolasi terhadap yang bersangkutan.

Namun demikian, Yuri mengingatkan bahwa hasil negatif dari rapid test juga belum menjadi jaminan jika yang bersangkutan tidak sedang sakit.

"Hasil negatif dari rapid test, tidak memberikan jaminan bahwa yang bersangkutan sedang tidak sakit," kata Yuri seperti disiarkan YouTube BNPB.

Baca: BREAKING NEWS Update Corona di Indonesia 21 Maret: 450 Positif Covid-19, 38 Meninggal, 20 Sembuh

Baca: Pernyataan Jokowi Terkait soal Covid-19, Siapkan Obat hingga Mulai Rapid Test di Wilayah Terjangkit

Juru Bicara Penanganan Corona, Achmad Yurianto
Juru Bicara Penanganan Corona, Achmad Yurianto (Kompas TV)

Bisa saja pada pemeriksaan ini didapatkan hasil negatif pada orang yang sudah terinfeksi oleh virus corona, namun karena respon imun belum muncul sehingga hal itu tidak terdeteksi.

"Respon serologi, respon imunitasnya belum muncul, ini sering terjadi pada infeksi yang masih berada di bawah 7 haru atau 6 hari, hasilnya akan negatif," jelasnya.

"Oleh karena itu, ini akan diulang lagi untuk 6 hari atau 7 harui kemudian dengan pemeriksan yang sama," lanjut Yuri.

Yuri berharap, masyarakat yang dinyatakan negatif tetap melakukan protokol kesehatan seperti melakukan social distancing.

Untuk hasil positif, nantinya juga akan ditindaklanjuti oleh petugas medis.

Pasien yang dinyatakan positif corona bisa saja tidak dilakukan perawatan di rumah sakit namun dilakukan isolasi di rumah.

Pada prinsipnya yakni adalah dilakukan isolasi baik secara perorangan, karantina perorangan ataupun karantina rumah sakit.

Baca: Efektivitas Avigan dan Chloroquine Sembuhkan Corona Perlu Diuji Secara Klinis

Baca: Tunggu Alat Rapid Test Corona, Ganjar Pranowo Prioritaskan Solo dan Semarang

Yuri menjelaskan virus corona bisa menyerang siapa saja dan tidak memandang usia.

Ia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap berada di rumah jika tak mempunyai kegiatan yang bersifat sangat penting.

"Pastikan kalau memang tidak perlu sama sekali untuk keluar dari rumah, lebih baik tidak keluar dari rumah," kata Yuri.

Data yang ada saat ini, menunjukkan bahwa untuk kelompok usia muda mempunyai daya tahan yang lebih baik.

Namun bukan berarti kelompok usia muda ini tidak akan terkena, malah justru hal ini perlu diperhatikan, sebab kelompok usia muda bisa terkena namun tanpa mengalami gejala.

"Inilah yang kemudian menjadi salah stau faktor cepatnya penyebaran, karena kita terkena tanpa gejala kemudian tidak melakukan isolasi diri," ucapnya.

Jika hal ini menular ke orang lain terutama ke usia yang lebih tua, hal ini akan menjadi permasalahan yang cukup besar, sebab kelompok usia yang lebih tua akan lebih rentan.

(Tribunnews.com/Tio)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas