Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Obat-obat yang Diuji untuk Atasi Virus Corona: Klorokuin, Avigan, Remdesivir, hingga Kaletra

Berikut adalah berbagai jenis obat yang digunakan untuk upaya penyembuhan pasien penderita Covid-19: Klorokuin, Avigan, Remdesivir, hingga Kaletra

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
zoom-in Obat-obat yang Diuji untuk Atasi Virus Corona: Klorokuin, Avigan, Remdesivir, hingga Kaletra
KAZUHIRO NOGI / AFP
Tablet Avigan anti-influenza yang diproduksi oleh Fujifilm Jepang ditampilkan di Tokyo pada 22 Oktober 2014. 

Tetapi beberapa pejabat mengatakan obat itu mungkin tidak efektif pada orang yang sudah sakit parah.

4. llpinavir and Ritonavir (Kaletra)

Kaletra, obat AIDS - obat virus corona
Seorang apoteker di apotek Farmasi Rumah Sakit Umum Toronto Immunodeficiency mengeluarkan Kaletra, obat AIDS yang dikenal sebagai protease inhibitor, 10 Agustus 2006 (GEOFF ROBINS / AFP)

Penelitian laboratorium mengusulkan obat HIV Kaletra, yang merupakan kombinasi antivirus lopinavir dan ritonavir, bisa efektif mengobati COVID-19.

Obat-obatan itu masuk dalam kelas protease inhibitor, yang obat yang memblokir enzim kunci yang membantu replikasi virus.

Studi sebelumnya menemukan, campuran itu dapat membantu mencegah SARS agar tidak matang dan bereplikasi.

Dokter di Thailand dan Jepang melaporkan penggunaan lopinavir dan ritonavir telah berhasil mengobati beberapa kasus virus corona.

Tetapi berdasarkan penelitian terbaru di China, 200 pasien yang sudah sakit parah menemukan bahwa obat itu tidak memiliki efek signifkan.

Berita Rekomendasi

Kaletra sedang dimasukkan dalam studi WHO yang diluncurkan minggu ini.

Bagaimana dengan Vaksin Virus Corona?

Vaksin mungkin akan siap dalam waktu 12 bulan.

Para ilmuwan di Kaiser Permanente Washington Research Institute di Seattle pada Selasa memulai tahap pertama dari vaksin COVID-19 dengan memberikan suntikan kepada sukarelawan.

Empat puluh lima sukarelawan sehat, usia 18 hingga 55, telah mendaftar untuk menerima dua dosis vaksin yang diberi nama kode mRNA-1273, sebulan sebelumnya.

Beberapa sukarelawan menerima dosis yang lebih tinggi daripada yang lain untuk menentukan seberapa kuat dosis seharusnya diberikan.

Para peneliti juga mencari efek samping dan akan menguji sampel darah untuk melihat apakah vaksin itu berdampak pada sistem kekebalan tubuh.

Sementara itu, kandidat lain yang dikembangkan oleh Inovio Pharmaceuticals mengumumkan bahwa uji klinis manusia akan dimulai pada bulan April.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas