Obat-obat yang Diuji untuk Atasi Virus Corona: Klorokuin, Avigan, Remdesivir, hingga Kaletra
Berikut adalah berbagai jenis obat yang digunakan untuk upaya penyembuhan pasien penderita Covid-19: Klorokuin, Avigan, Remdesivir, hingga Kaletra
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Berbagai jenis obat diuji untuk menyembuhkan pasien virus corona atau Covid-19.
Di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memesan jutaan avigan dan klorokuin sebagai bentuk keseriusan pemerintah tangani Covid-19.
Selain kedua jenis obat tersebut, ada jenis obat lain yang diuji untuk mengatasi Covid-19.
Seperti yang dilansir nypost.com, berikut adalah berbagai jenis obat yang digunakan untuk upaya penyembuhan pasien penderita Covid-19.
Baca: Efek Samping Klorokuin, Obat yang Disebut Efektif Atasi Virus Corona, Jangan Konsumsi Sembarangan!
1. Klorokuin dan hidroksiklorokuin (dijual dengan nama dagang Plaquenil, dan lain-lain)
Klorokuin telah direkomendasikan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk menangani virus corona.
Meski begitu, obat ini belum diterima oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau FDA.
Klorokuin dan hidroksiklorokuin telah digunakan sebelumnya untuk mengobati malaria.
Malaria disebabkan oleh parasit, tidak seperti Covid-19 yang disebabkan oleh virus.
Beberapa studi menyatakan obat ini masih efektif mengobati SARS, 'saudara' dari Covid-19.
Satu studi dilakukan pada sel primata pada 2005 di tengah wabah SARS.
Namun, obat itu tidak pernah benar-benar digunakan sebagai pengobatan karena penyakit itu sudah terkendali.
Demikian dikatakan Dr Len Horovitz, seorang ahli paru dan ahli penyakit dalam di Lenox Hill Hospital mengatakan kepada The Post.
"Tidak ada alasan untuk menggunakannya pada waktu itu tetapi melihat ke belakang, ada kesempatan obat itu dapat digunakan untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi atau sebagai pengobatan virus corona," kata Horovitz.
"Jika Anda memutuskan untuk menggunakan chloroquine, bukan berarti Anda harus meninggalkan semua metode pencegahan, termasuk social distancing," katanya.
Chloroquine dan hydroxychloroquine juga termasuk di antara empat perawatan yang diuji klinis internasional oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Baca: 31 Orang Tertular Virus Corona setelah Menghadiri Pesta Pernikahan, Termasuk Ibu yang Tengah Hamil
2. Remdesivir
Remdesivir awalnya diuji sebagai obat Ebola.
Sebagai obat antivirus eksperimental Gilead Sciences, Remdesivir telah terbukti ampuh melawan SARS dan MERS, dua virus corona lainnya.
Obat ini bekerja dengan mematikan kemampuan virus untuk mereplikasi sel dalam.
Beberapa uji coba sedang dilakukan untuk mengevaluasi obat di China dan negara-negara lain.
Di AS, bulan lalu, National Institutes of Health memulai uji coba secara acak untuk pengobatan COVID-19 menggunakan antivirus ini.
3. Favipiravir (Avigan)
Avigan, obat anti-flu asal Jepang yang dikembangkan oleh anak perusahaan fotografi Fujifilm, telah memberikan hasil yang menggembirakan dalam uji klinis virus corona di China.
Pasien yang diberi avigan di Shenzhen dinyatakan negatif corona setelah rata-rata empat hari positif.
Data itu dibandingkan dengan rata-rata 11 hari mereka yang tidak diberi obat, kata penyiar publik Jepang NHK.
Hasil scan pada dada mendukung temuan tersebut.
Ditemukan lebih sedikit kerusakan pada mereka yang menggunakan obat.
Tetapi beberapa pejabat mengatakan obat itu mungkin tidak efektif pada orang yang sudah sakit parah.
4. llpinavir and Ritonavir (Kaletra)
Penelitian laboratorium mengusulkan obat HIV Kaletra, yang merupakan kombinasi antivirus lopinavir dan ritonavir, bisa efektif mengobati COVID-19.
Obat-obatan itu masuk dalam kelas protease inhibitor, yang obat yang memblokir enzim kunci yang membantu replikasi virus.
Studi sebelumnya menemukan, campuran itu dapat membantu mencegah SARS agar tidak matang dan bereplikasi.
Dokter di Thailand dan Jepang melaporkan penggunaan lopinavir dan ritonavir telah berhasil mengobati beberapa kasus virus corona.
Tetapi berdasarkan penelitian terbaru di China, 200 pasien yang sudah sakit parah menemukan bahwa obat itu tidak memiliki efek signifkan.
Kaletra sedang dimasukkan dalam studi WHO yang diluncurkan minggu ini.
Bagaimana dengan Vaksin Virus Corona?
Vaksin mungkin akan siap dalam waktu 12 bulan.
Para ilmuwan di Kaiser Permanente Washington Research Institute di Seattle pada Selasa memulai tahap pertama dari vaksin COVID-19 dengan memberikan suntikan kepada sukarelawan.
Empat puluh lima sukarelawan sehat, usia 18 hingga 55, telah mendaftar untuk menerima dua dosis vaksin yang diberi nama kode mRNA-1273, sebulan sebelumnya.
Beberapa sukarelawan menerima dosis yang lebih tinggi daripada yang lain untuk menentukan seberapa kuat dosis seharusnya diberikan.
Para peneliti juga mencari efek samping dan akan menguji sampel darah untuk melihat apakah vaksin itu berdampak pada sistem kekebalan tubuh.
Sementara itu, kandidat lain yang dikembangkan oleh Inovio Pharmaceuticals mengumumkan bahwa uji klinis manusia akan dimulai pada bulan April.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)