Cara 5 Negara di Dunia Hadapi Corona, Panama Pisah Jenis Kelamin & Presiden Belarus Santai
Virus corona yang telah dinyatakan sebagai pandemi ini telah menjangkiti 206 negara di dunia.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Virus corona yang telah dinyatakan sebagai pandemi ini telah menjangkiti 206 negara di dunia.
Menurut catatan Worldometers, saat ini dunia telah mengantongi 858.892 kasus Covid-19.
Kasus terbanyak dimiliki Amerika Serikat, Italia, dan Spanyol.
Baca: Ditolak Warga, Jenazah Mantan Anggota DPRD Sulsel yang Berstatus PDP Corona, Dibawa Kembali ke RS
Baca: Raja Salman Gratiskan Semua Biaya Kesehatan Pasien Corona
Ketiga negara ini memiliki angka infeksi sekaligus kematian yang telah melampaui China.
Mendapati masifnya penyebaran wabah, sejumlah negara mengadopsi kebijakan lockdown yang pertama kali dilakukan China.
Namun tidak sedikit juga yang hanya menggalakkan sosial atau physical distancing dibanding mengunci rapat-rapat negara.
Berikut beberapa kebijakan unik negara saat lockdown atau mengatasi Covid-19 melansir BBC:
1. Panama
Amerika Tengah sudah mencatat infeksi corona hampir 1.000 kasus.
Negara ini akhirnya melakukan tindakan karantina ketat seperti halnya lockdown.
Namun uniknya, pembatasan ini dilakuan dengan cara memisahkan orang berdasarkan jenis kelaminnya.
Mulai Rabu, pria dan wanita hanya bisa keluar rumah selama dua jam saja di hari yang berbeda.
Khusus Minggu, semua orang dilarang berkeliaran di luar rumah.
"Karantina mutlak ini tidak lain adalah untuk menyelamatkan hidup Anda," kata menteri keamanan Juan Pino pada konferensi pers.
Baca: Update Corona Dunia Rabu, 1 April Jam 10.00 WIB, Italia dan Spanyol Balap China, AS Tertinggi
2. Kolombia
Di beberapa kota di Kolumbia, orang-orang diizinkan keluar berdasarkan nomor kartu identitas mereka.
Misalnya orang di Barrancabermeja dengan nomor ID yang berakhiran 0, 7 atau 4 diizinkan meninggalkan rumah pada hari Senin.
Sementara mereka yang memiliki nomor ID yang berakhir 1, 8 atau 5 dapat pergi keluar pada Selasa.
Bolivia terdekat mengusulkan pendekatan yang sama.
3. Serbia
Pada satu titik, pemerintah Serbia memperkenalkan jam jalan-jalan untuk anjing dari pukul delapan sampai sembilan malam waktu setempat.
Ini berlaku bagi orang-orang yang menjalani isolasi.
Tapi kebijakan ini sekarang sudah dihapus, mendapati protes dari pemilik anjing.
Seorang dokter hewan mengatakan bahwa melewatkan jalan-jalan sore bisa memperburuk kondisi anjing-anjing yang bermasalah dengan saluran kencing.
Selaim itu juga memperburuk kondisi kesehatan di rumah-rumah penduduk.
4. Belarus
Presiden Belarus, Alexander Lukashenko menertawakan saran bahwa negaranya harus membendung penyebaran Covid-19.
Dia mengatakan bahwa dia tidak bisa melihat virus itu terbang.
Saat ditemui sedang menonton pertandingan hoki es, dia mengklaim orang-orang akan baik-baik saja karena suhu dingin stadion akan menghalangi virus.
Tidak ada bukti sifat Covid-19 terkait hal ini.
Memang tidak seperti negara Eropa lainnya, Belarus justru tetap melaksanakan pertandingan olahraga.
"Tidak ada virus di sini," kata Lukashenko. "Kamu belum melihat mereka terbang-terbang, kan? Aku juga tidak melihatnya! Ini lemari es. Olahraga, terutama es, lemari es ini di sini, itu obat antivirus terbaik!"
Dia juga mengatakan minum vodka dan perjalanan rutin ke sauna adalah cara untuk menangkal virus corona.
Kenyataannya pernyataan ini sepenuhnya bertentangan dengan saran pakar profesional.
5. Swedia
Sampai saat ini, Swedia masih bersikap santai meskipun hampir 4.500 kasus dikonfirmasi di sana.
Pertemuan lebih dari 50 orang dilarang pada Minggu lalu.
Akan tetapi sekolah untuk anak-anak di bawah usia 16 tahun tetap buka.
Pub dan restoran masih menawarkan layanan meja dan banyak orang bersosialisasi seperti biasa.
Sikap Swedia lantas membuat perdebatan baru bagi pandangan negara lain.
Tetapi hanya waktu yang bisa mengatakan apalah kesantaian ini berubah menjadi bumerang atau tidak.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)