Ahli Virus: Pasien Corona yang Kambuh Tak Bisa Menularkan, tapi Bisa Sebar Virus Lewat Pakaian
Ahli virus drh. Moh Indro Cahyono sebut pasien corona yang kambuh tak bisa menularkan tapi tetap bisa jadi vector. Ini bedanya dengan carrier.
Penulis: Ifa Nabila
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Ahli virus drh. Moh Indro Cahyono menyebut pasien yang sudah pernah terinfeksi virus corona lalu terinfeksi lagi tak bisa menularkan ke orang lain.
Meski demikian, Indro mengingatkan bahwa orang tersebut masih bisa menjadi vector, yakni pembawa virus melalui benda mati seperti pakaian atau permukaan tubuhnya seperti telapak tangan.
Dilansir Tribunnews.com, hal ini dijelaskan Indro dalam teleconference unggahan YouTube Official iNews, Minggu (12/4/2020).
Sebelumnya, Indro menjelaskan corona pada manusia bisa menularkan satu sama lain dan kembali terinfeksi meski telah sembuh.
"Untuk manusia, bisa kita bagi dalam dua kategori, manusia yang baru pertama kali terkena dan yang sudah pernah kena, kemudian sembuh, dan terpapar lagi," terang Indro.
Indro menyebut bagi korban corona pertama kali kemungkinan besar akan mengalami gejala terinfeksi.
Barulah tubuh membentuk antibodi untuk melawan virus selama masa inkubasi.
Baca: Update Corona: Lebih dari 27.000 Spesimen Diperiksa dengan PCR, 20.000 Relawan Direkrut Pemerintah
Baca: Daftar Sebaran Virus Corona di Indonesia Senin (13/4/2020): Lonjakan Kasus di 4 Wilayah
"Untuk yang baru terkena, maka dia akan menimbulkan sakit, selama paling tidak seminggu," ujar Indro.
"Kemudian antibodi kita akan keluar, kemudian akan sembuh dalam waktu 7 sampai 14 hari," sambungnya.
Sementara itu, bagi pasien corona sembuh yang kembali terpapar, tubuh akan membentuk sel memori.
Sel memori ini memudahkan tubuh untuk mengidentifikasi adanya virus sehingga pertahanan tubuh lebih kuat.
"Dan jika dia sudah pernah kena maka dia akan memiliki sel memori, dan juga memiliki kekebalan terhadap virus Covid-19," ungkap Indro.
"Sehingga pada saat masa kedua dia terkena kembali, maka dia masih bisa terkena, tapi sistem kekebalan tubuhnya dia akan melawan," paparnya.
Sehingga proses penyembuhan pasien corona yang terinfeksi kedua kali kemungkinan besar akan lebih cepat.
Penularan ini rawan terjadi jika pasien corona yang sudah sembuh berada di lingkungan dengan paparan virus yang tinggi.
"Sehingga yang sudah terkenal untuk kedua kalinya, dia masih tetap bisa sehat dan kebal," kata Indro.
"Pertanyaannya apakah masih bisa kena lagi, ya kita pasti akan kena lagi, sedangkan virusnya tersebar ke mana-mana," tambahnya.
Baca: Ahli Virus Tegaskan Pasien Corona yang Sembuh Bisa Kembali Tertular: Tapi Pulih Lebih Cepat
Baca: Corona Disebut Bisa Menular ke Hewan, Dokter Hewan Sekaligus Ahli Virus Beri Penjelasan
Namun, manusia yang kembali terjangkit kemungkinan besar akan menjadi kebal dan tak bisa menularkan ke orang lain.
Hal ini lantaran virus yang ada di dalam tubuhnya sudah kalah sebelum bisa menyebar.
"Apakah manusia yang sudah kebal ini akan menularkan lagi ke orang lain? Jawabannya tidak," tegas Indro.
"Karena kekebalan di dalam tubuh kita sudah menghabiskan virus yang ada di dalam tubuh," sambungnya.
Meski demikian, Indro mengingatkan bahwa pasien corona yang sudah kebal ini tetap bisa menebarkan virus lantaran ia menjadi vector.
Bedanya dengan carrier, vector adalah istilah untuk seseorang yang menyebarkan virus melalui benda terluar dalam tubuhnya atau benda yang suah ia sentuh.
"Tapi, pakaian yang kita bawa, baju, celana, mungkin tangan kita, tidak sengaja memegang meterial-material yang mungkin mengandung virus," kata Indro.
Dengan demikian, saat seseorang menjadi vector memiliki mobilisasi yang tinggi, maka ia berperan dalam penyebaran virus.
"Sehingga pada saat kita berjalan, dari satu tempat ke tempat lain, maka kita akan membawa virus juga," kata Indro.
"Dan bisa kemungkinan untuk menularkan ke orang lain. Tapi ini istilahnya bukan carrier, tapi sebagai vector. Vector itu pembawa," paparnya.
Solusi bagi vector lebih mudah dibanding carrier, vector cukup mencuci baju, cuci tangan, serta mandi.
Virus corona tak bisa infeksi hewan
Sebelumnya, Indro menjelaskan bahwa corona menginfeksi tubuh manusia dan membutuhkan proses mutasi untuk bisa menginfeksi hewan.
Sedangkan menurut Indro, virus tidak mungkin bermutasi dalam waktu cepat.
"Virus ini tidak mungkin mengalami mutasi dalam waktu singkat dan dalam waktu cepat," ujar Indro.
Meski demikian, Indro mengakui bahwa banyak orang atau hewan yang menunjukkan hasil positif saat menjalani tes corona.
"Yang dipermasalahkan adalah hasil dari tes yang menunjukkan respons positif," kata Indro.
"Respons positif ini didapat dari hasil PCR atau polymerase chain reaction yang didapat dari hasil tes swab," sambungnya.
Menurut Indro, wajar saja jika hasil tes swab manusia atau binatang di daerah pusat penyebaran corona menunjukkan hasil positif.
Seperti harimau di kebun binatang New York, Amerika Serikat, yang dinyatakan positif.
"Jika di dalam satu wilayah terjadi outbreak atau wabah, maka hampir sebagian besar makhluk hidup," terang Indro.
"Termasuk manusia dan mungkin bahkan harimau, yang ada di lingkungan pada saat terjadi wabah, dilakukan uji swab, maka akan sangat dimungkinkan mendapat hasil positif," paparnya.
Namun yang terpenting bukan status positif atau negatif, melainkan apakah virus tersebut bisa menginfeksi atau tidak.
"Tetapi permasalahannya di sini adalah bukan apakah dia positif atau tidak, permasalahannya apakah virus ini bisa menempel ke makhluk hidup lain atau tidak," kata Indro.
Indro menegaskan corona hanya bisa menginfkeksi reseptor manusia saja.
Sedangkan dalam kasus hewan, hewan yang dinyatakan positif memang membawa corona dalam tubuhnya namun tidak menginfeksi apalagi menularkan ke hewan lain.
"Virus Covid-19 hanya bisa menempel pada reseptor yang ada di manusia, sehingga dia hanya akan menimbulkan infeksi kepada manusia saja," tegas Indro.
"Sementara kepada harimau, sangat mungkin didapatkan hasil PCR positif, tapi dia tidak mungkin menular ke harimau," ungkapnya.
Sementara itu, untuk kasus pada manusia juga dibagi lagi antara manusia yang baru pertama terinfeksi atau sudah pernah lalu kembali terjangkit.
Untuk manusia yang baru pertama terpapar dan terinfeksi, maka butuh waktu lebih lama agar tubuh mengeluarkan antibodi untuk melawan virus.
Sedangkan bagi manusia yang pernah terjangkit, tubuhnya memiliki memori sehingga membentuk kekebalan dengan lebih cepat.
Berikut video lengkapnya:
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)