Cerita Bima Arya Mengintip Kondisi Keluarganya Lewat Pintu karena Belum Bisa Peluk Istri & Anak
Kondisi Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto semakin membaik setelah dirinya dinyatakan terkonfirmasi terpapar Covid-19 pada hari Kamis tanggal 19 Mar
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Kondisi Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto semakin membaik setelah dirinya dinyatakan sembuh dari Covid-19 pada hari Kamis tanggal 19 Maret 2020 lalu.
Bahkan, Bima Arya diperbolehkan pulang ke rumahnya untuk menjalankan isolasi secara mandiri yang sebelumnya selama 22 hari dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor.
Bima Arya mengaku sangat bahagia bisa kembali dan bertemu dengan keluarganya.
"Saya sangat happy, rileks dan juga menyenangkan," ucapnya dikutip Tribunnews dari Program Aiman, Kamis (19/04/2020).
Baca: Ciri dan Gejala Corona yang Dirasakan Bima Arya: Mirip DBD, Mual dan Lemas, Namun Tak Sesak Napas
Ia melanjutkan ceritanya, meskipun sudah berada di dalam rumah, Bima Arya belum bisa melakukan kontak langsung dengan istri dan buah hatinya.
"Saya diisolasi di kamar, nggak kontak sama istri dan anak-anak, tidak keluar sama sekali."
"Makanan diantar di depan pintu, saya makan terus saya taruh lagi di depan pintu dan dicuci secara terpisah," imbuhnya.
Bima Arya juga mengaku pakaian yang ia kenakan dicuci sendiri olehnya di kamar mandi sebelum dicuci kembali di luar kamar.
Menurutnya, kondisi isolasi mandiri yang Bima Arya jalani saat ini jauh lebih baik dibandingkan saat dirinya berada di rumah sakit.
"Di sini tidak bisa memeluk istri dan anak-anak tidak bisa ngobrol langsung. Setidaknya saya dengar suara mereka ketawa, suara mereka ngobrol di ruang sebelah."
"Kadang saya sedikit membuka pintu beberapa senti, sambil mengintip aktivitas mereka. Ini jauh lebih baik daripada di rumah sakit yang betul-betul tidak bisa dengar suara mereka," ucapnya.
Baca: 23.472 Relawan Terdaftar untuk Tangani Corona, Andre Rahadian: Rasa Kemanusiaan dan Gotong Royong
Cerita awal mula tertular
Bima Arya mengaku awalnya tidak mengetahui virus yang menyerang pernapasan ini bisa menginfeksi tubuhnya.
Namun pria 17 Desember 1972 menilai ada dua kemungkinan.
Pertama virus tertular ketika dirinya, istri dan sejumlah pegawai Pemerintah Kota Bogor melakukan kunjungan ke Turki dan Azerbaijan beberapa waktu lalu.
"Tetapi faktanya hanya dua orang ikut serta dalam kunjungan yang terpapar positif."
"Sedangkan anggota lain dalam rombongan tidak apa-apa, termasuk istri saya negatif. Saya agak ragu kalau terpapar di Turki," ujarnya.
Bima Arya melanjutkan, kemungkinan selanjutnya virus tersebut terpapar saat dirinya berada di dalam perjalanannya pulang dari Turki ke Tanah Air dengan pesawat .
"Atau mungkin dari interaksi dengan orang-orang yang ada di sekitar saya, setelah dua hari kedatangan saya di Indonesia," imbuhnya.
Tepat pada hari Kamis tanggal 19 Maret 2020 lalu, Bima Arya dinyatakan positif terpapar Covid-19 dari hasil tes swab yang telah dilakukan.
Semenjak itu, dirinya mendapatkan perawatan di RSUD Kota Bogor.
Dalam perbincangan dengan Aiman Witjaksono, Bima Arya meluruskan informasi terkait gejala klinis Covid-19 di tubuhnya.
Ia menjelaskan dia bukan termasuk Orang Tanpa Gejala (OTG) ketika itu.
"Sebetulnya bukan tanpa gejala, ada gejala tapi ringan."
"Gejalanya mungkin yang pernah merasakan demam berdarah agak mirip seperti itu."
"Mual, lemas, kehilangan nafsu makan, sedikit batuk tapi nggak demam. Alhamdulillah tidak sesak napas," urainya menggambarkan kondisinya ketika itu.
Baca: Masih Dibuka, Berikut Cara Daftar Relawan Covid-19 di Desk Relawan BNPB
Cerita selama di rumah sakit
Setelah dinyatakan positif, Bima Arya mendapatkan perawatan di RSUD Kota Bogor selama 22 hari lamanya.
Menurutnya selama berhari-hari di rumah sakit merupakan hal yang tidak bisa terlupakan di kehidupan Bima Arya.
"Mulai hari pertama hingga 22 hari selanjutnya, saya diuji dengan sesuatu yang luar biasa, bagi saya ini tidak terlupakan," ucapnya.
Bima Arya mengaku selama di ruang isolasi merasakan berbagai keterbatasan.
"Saya berada di ruangan berukuran 3x7 meter, hanya ada satu tempat tidur dan satu rak di sebelah saya. Kemudian ada kursi dan meja, meja untuk saya makan dan untuk saya menulis, hanya seorang diri."
"Dan hanya berinteraksi dengan dokter visit 1 kali sehari pada jam 8 atau 9 pagi. Kemudian ada suster secara rutin, mungkin datang 5 kali sehari untuk mengecek tensi darah, kemudian saturasi, tekanan darah untuk memastikan perkembangan saya."
"Dua hari sekali di ambil cek sampel darah. Dan sesekali menikmati cahaya matahari yang menerobos dari jendela rumah sakit," ucapnya menceritakan.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)