Kepala BPIP Minta Masyarakat Tak Jadi Pembawa Virus Corona ke Kampung Halaman
Yudian menilai, mudik di tengah pandemi Covid-19 sebagai jihad akbar mencari pengampunan sosial.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
![Kepala BPIP Minta Masyarakat Tak Jadi Pembawa Virus Corona ke Kampung Halaman](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/yudian-wahyudi-bpip-nih2.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengajak semua pihak tidak menjadi pembawa virus corona (Covid-19) ke kampung halamannya.
Caranya, dengan tidak melakukan tradisi mudik saat Lebaran 2020.
Hal itu disampaikan Yudian dalam tausiah daring bertajuk 'Jumat bersama BPIP: Puasa membangun peradaban' yang diselenggarakan oleh Direktorat Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP, pada Jumat (24/4/2020).
Baca: Berhasil Pulang ke Padang Saat Hari Pertama Larangan Mudik, Perantau di Jakarta ini Sempat Waswas
"Mari bersama-sama membangun peradaban secara pasif dengan cara tidak menjadi pembawa virus Corona ke kampung halaman," kata Yudian melalui keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (25/4/2020).
Yudian menilai, mudik di tengah pandemi Covid-19 sebagai jihad akbar mencari pengampunan sosial.
Karena, erat kaitannya dengan ketentuan dalam Islam mengenai dosa bersyarat dan alamiah.
Baca: Sanksi Nekat Mudik, Polisi Perintahkan Kendaraan Putar Balik
Ia menerangkan, dosa bersyarat yaitu dosa kemanusiaan (insaniah) yang penyelesaiannya dilakukan antar umat manusia itu sendiri, yang karenanya ada situasi dan kondisi yang mengikuti.
Sedangkan, dosa alamiah adalah hukum sebab akibat, ketika rahmat bagi seluruh alam dilawan maka akibatnya adalah laknat bagi seluruh alam.
Baca: Ayah di Sleman Setubuhi Anak Kandung Lebih dari 10 Kali, Dilakukan saat Istri Kerja, Ini 5 Faktanya
Ia mengatakan, sebagai upaya mendapatkan pengampunan sosial, orang yang tinggal di luar daerah akan berupaya untuk bisa melakukan mudik alias pulang kampung agar dapat berhalal bihalal, bertemu dan bersilahturahmi dengan keluarga di tempat asal.
Dalam situasi ini, mudik diartikan sebagai suatu proses yang mengantarkan seseorang untuk mengalami langsung betapa tidak mudahnya melakukan pengampunan sosial.
Namun, di tengah pandemi Covid-19 saat ini, pilihan untuk mudik menjadi pilihan yang tidak mudah dan dilematis.
Pasalnya, Covid-19 sebagai makhluk gaib yang telah merenggut banyak korban jiwa merupakan laknat bagi seluruh alam.
"Korban Covid-19 tidak memandang suku, agama, atau ras tertentu tetapi semua orang. Bukan hanya itu, bukan hanya orang awam yang menjadi korban tetapi juga dokter dan tenaga medis yang profesional di bidangnya pun terpapar virus Corona dan meninggal dunia," jelasnya.
Baca: Dari 543 Tempat yang Disidak, Pemprov DKI Tutup Paksa 76 Perusahaan Bandel
Oleh karena itu, ia berharap semua pihak bisa berjihad akbar atau mengendalikan diri untuk tidak berbondong-bondong mudik pada Lebaran tahun 2020 ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.