Studi Terbaru: Virus Corona Ditemukan dalam Air Mani Pria
Sebuah studi baru melaporkan, virus Corona ditemukan dalam air mani pria, bahkan setelah pasien mulai pulih.
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Virus Corona baru atau Covid-19 dapat bertahan dalam air mani pria, bahkan setelah pasien mulai pulih, menurut studi para peneliti China, Kamis (7/5/2020).
Studi tersebut menunjukkan kemungkinan Covid-19 dapat ditularkan secara seksual.
Dilansir CNN, penelitian dilakukan di Rumah Sakit Kota Shangqiu, China.
Penelitian yang diunggah dalam jurnal JAMA Network Open tersebut melibatkan 38 pasien yang dirawat di sana pada Januari dan Februari 2020.
Baca: Virus Corona Bisa Ditularkan Lewat Hubungan Seks? Ilmuwan: Kecil Peluangnya
Baca: Inilah Laboratorium Institut Virologi Wuhan yang Dituduh Presiden Trump Sumber Virus Corona
Hasilnya, sekitar 16 persen dari mereka menunjukkan bahwa virus Corona terdapat dalam air mani mereka.
Sekitar seperempat dari mereka berada dalam tahap infeksi akut.
Sementara itu, hampir 9 persen dari mereka pulih.
"Kami menemukan bahwa Covid-19 dapat terkandung dalam air mani pasien, dan virus masih dapat terdeteksi dalam air mani pasien yang sedang pulih," tulis Diangeng Li, salah satu penulis studi dari Rumah Sakit Umum Tentara Pembebasan Rakyat China di Beijing.
Li dan tim menambahkan, apabila Covid-19 tidak dapat mereplikasi dalam sistem reprodusi pria, virus itu mungkin bertahan dari imunitas testis yang istimewa.
Namun, belum jelas apakah virus Corona dapat menyebar melalui air mani.
Menemukan bukti virus di dalamnya tak selalu berarti menular.
"Jika studi masa depan dapat membuktikan bahwa virus Corona bisa ditularkan secara seksual, penularan seksual mungkin menjadi bagian penting dari pencegahan penularan," tulis tim.
Tim mengimbuhkan, penggunaan alat kontrasepsi dapat menjadi sarana pencegahan penyebaran virus Corona.
Selain itu, diperlukan pula penelitian lebih lanjut terkait perkembangan janin.
Baca: Produksi Dihentikan karena Corona, Dunia Mulai Kekurangan Kondom
"Oleh karena itu, menghindari kontak dengan air liur dan darah pasien mungkin tidak cukup. Sebab, kelangsungan hidup virus Corona dalam air mani pasien yang pulih dapat memungkinkan untuk menginfeksi orang lain," jelasnya.
Penelitian ini bukanlah penemuan yang mengejutkan.
Sebelumnya, banyak virus dapat hidup di saluran reproduksi pria.
Virus Ebola dan Zika ditemukan menyebar dalam air mani.
Bahkan, virus tersebut dapat bertahan berbulan-bulan dalam air mani, meskipun pasien telah pulih.
Peneliti Inggris Sebut Virus Corona Lebih Berbahaya Jika Menyerang Pria dan Penderita Obesitas
Virus Corona cenderung lebih mungkin membunuh pria dan orang obesitas, menurut sebuah studi.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di medRxiv.org pada Selasa (28/4/2020) lalu, pria atau orang obesitas adalah faktor signifikan yang terkait dengan kematian di rumah sakit Inggris.
Faktor ini sebelumnya tidak terindikasi pada kasus Covid-19 di China.
"Mereka yang memiliki kondisi yang lebih buruk seringnya adalah yang berusia lanjut, pria, dan orang yang obesitas," tulis studi.
Baca: 5 Kondisi Kulit yang Dikaitkan sebagai Gejala Virus Corona
Baca: Cara Menjaga Psikologis Keluarga di Masa Pandemi Virus Corona
Dilansir SCMP, peningkatan keparahan pada pasien pria terlihat di semua usia.
"Meskipun angka kematian menurut usia banyak terjadi pada orang tua, sebagian besar pasien ini dirawat di rumah sakit dengan gejala Covid-19 dan tidak meninggal," studi mengatakan.
Para peneliti percaya, angka kematian orang obesitas lebih banyak daripada kelompok lain dalam kasus Covid-19.
Sebab, fungsi paru-paru mereka berkurang dan terjadi lebih banyak peradangan pada jaringan adiposa.
Jaringan adiposa adalah jaringan lemak yang ditemukan di bawah kulit dan di sekitar organ internal.
Kondisi ini menyebabkan reaksi yang berlebihan pada sistem kekebalan tubuh, yang berpotensi mengancam jiwa.
Penelitian ini dipimpin oleh para profesor dari Edinburgh University, Liverpool University dan Imperial College London.
Riset didasarkan pada data yang diperoleh dari hampir 17.000 pasien Covid-19 di 166 rumah sakit di Inggris, antara 6 Februari 2020 dan 18 April 2020.
Kelompok ini mewakili hampir 15 persen dari semua orang yang telah dites positif virus Corona di Inggris dan 28 persen dari pasien rawat inap di rumah sakit.
Lebih dari setengah peserta memiliki komorbiditas, seperti penyakit jantung kronis, diabetes, dan penyakit paru kronis non-asma.
Sepertiga pasien telah meninggal.
Sementara itu, 17 persen terus menerima perawatan.
Setengah dari mereka dipulangkan.
"Penelitian kami memberikan gambaran luar biasa tentang penyakit dan faktor risiko, dan akan mendukung sejumlah besar penelitian," kata Peter Openshaw, profesor Kedokteran Eksperimental di Imperial College London.
Meskipun telah diterbitkan, penelitian ini belum ditinjau oleh rekan peneliti lain dan masih memerlukan riset lebih lanjut.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)