Pimpinan MPR: Damai dengan Corona, Mestinya Presiden Juga Dorong segera Temukan Vaksin Covid-19
Kemenristek dan Kemenkes serta lembaga lainnya untuk lakukan koordinasi dan kerjasama agar segera temukan vaksin Covid-19
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menyoroti pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk perang lawan Covid-19 saat Konferensi virtual negara2 G20
Belakangan, Jokowi mengajak masyarakat Indonesia untuk berdamai dengan Covid-19 selama vaksinnya belum ditemukan.
Hidayat mengatakan pernyataan itu seharusnya dibarengi dengan kebijakan dan perintah kepada Kemenristek dan Kemenkes serta lembaga lainnya untuk lakukan koordinasi dan kerjasama agar segera temukan vaksin Covid-19.
Serta mendukung anggaran untuk riset di Kemenristek, bukan malah memotongnya.
Politikus PKS itu melihat pemerintah tidak serius memutus penyebaran Covid-19.
Pasalnya, anggaran di Kemenristek tidak mengalami penambahan, bahkan dipotong besar-besaran.
Padahal, riset sangat dibutuhkan untuk menemukan vaksin Covid-19 sebagai cara efektif untuk menyelesaikan darurat kesehatan bencana nasional Covid-19.
Baca: Kemenristek Lakukan Uji Klinis Terhadap Jahe Merah, Jambu Biji, dan Pil Kina Untuk Atasi Covid-19
Baca: Tekan Harga Gula, Disperindag dan IGN Gelar Operasi Pasar
"Untuk selamatkan rakyat Indonesia dan NKRI, mestinya Presiden komitmen dengan menambahkan anggaran riset untuk percepatan penemuan vaksin, bukan malah memangkasnya," kata Hidayat dalam keterangan tertulis di Jakarta (10/5/2020).
"Pak Jokowi, kita tidak akan bisa menang perang atau berdamai dengan Corona, dan berdaulat secara kesehatan, jika kita tidak maksimal dukung riset untuk segera ditemukan vaksinnya," imbuhnya.
Hidayat mengutip Perpres 54/2020 yang justru memotong anggaran Kemenristekdikti sebesar Rp 40 Triliun.
Dan itu adalah presentasi potongan anggaran terbesar, dibanding dengan pemotongan di Kementrian lainnya.
Meskipun Pemerintah bisa berkilah itu terkait perubahan nomenklatur, ruang realokasi internal Kemenristek untuk mendukung riset vaksin tentu semakin kecil dengan hanya anggaran tersisa Rp 2 Triliun.
Bahkan, Menteri Ristek menyebutkan pihaknya hanya menganggarkan Rp 40 miliar untuk riset vaksin Covid-19.
Baca: Trump Sebut Covid-19 akan Hilang Tanpa Vaksin dan Perkirakan 95.000 Korban Jiwa di AS
Baca: Update Corona Indonesia 10 Mei, Tambah 387 Kasus Baru, Total Pasien Positif 14.032, Sembuh 2.698
"Saya khawatir Indonesia terlambat dalam menemukan vaksin Covid-19, yang mengakibatkan semakin banyaknya korban yang jatuh akibat Covid-19, korban kesehatan fisik, ekonomi, sosial, keamanan," ujarnya.
"Karenanya agar perang melawan Covid-19 yang digaungkan Presiden Jokowi saat Konferensi virtual G20 bisa dimenangkan, pemerintah perlu senjata yang efektif antara lain adanya vaksin," lanjutnya.
Lebih lanjut, ia mencemaskan ketidakseriusan Pemerintah ini sebagai tanda rakyat disuruh cari selamat sendiri tanpa keseriusan Pemerintah.
Menurutnya, hal ini akan tercatat sebagai preseden buruk dalam sejarah bangsa.
"Mestinya Pemerintah lebih serius, tidak sekadar menunggu ditemukannya vaksin dan rakyat dibuat bingung dan tidak pasti, dengan pernyataan dan kebijakan pejabat negara yang simpang siur dan gonta-ganti, dan tidak fokus untuk efektif atasi penyebaran Covid-19, seperti soal transportasi dan PSBB itu," pungkasnya.