Kondisi 2 Pasien Covid-19 yang Jalani Terapi Plasma Membaik, Tim Dokter Berikan Dosis Lebih Sedikit
Dua pasien Covid-19 yang menjalani terapi plasma konvalesen di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat ( RSPAD) Gatot Soebroto, membaik.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua pasien Covid-19 yang menjalani terapi plasma konvalesen di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat ( RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat menunjukkan perkembangan positif.
"Dua pasien yang telah diberikan terapi plasma konvalesen, yang semula dirawat di ruang isolasi, sudah dapat dipindahkan ke ruang rawat biasa dengan kondisi yang baik," kata Direktur Pembinaan dan Pengembangan RSPAD Kolonel CKM dr Nana Sarnadi dalam keterangan tertulis, Rabu (13/5/2020).
Nana melaporkan perkembangan pasien tersebut kepada Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa melalui video conference berkala.
“Untuk pasien ketiga, yang baru diberikan plasma hari Rabu lalu, saat ini kondisinya baik dan akan diberikan terapi lagi tanggal 9 Mei besok,” kata Nana.
Penyembuhan pasien dengan terapi plasma ini sudah dilakukan di sejumlah negara.
Namun, di Indonesia, RSPAD menjadi RS pertama yang menggunakan metode ini.
Terapi plasma konvalesen bekerja dengan memanfaatkan antibodi yang muncul secara alami dari tubuh pasien Covid-19 yang sudah sembuh.
Kemudian, antibodi yang terkandung dalam plasma tersebut diberikan kepada pasien Covid-19 yang termasuk ke dalam kategori kritis.
Baca: Terapi Plasma Konvalesen Pasien Corona yang Dilakukan RSPAD Beri Kabar Menggembirakan, Ini Kata KSAD
Baca: Bagi Tips Sembuhkan Covid-19, Twindy Rarasati: Jangan Panik, Bilang Kuat Tapi Hatinya Tercabik
Nana mengatakan, RSPAD terus melakukan evaluasi setiap hari terhadap pasien untuk kemajuan klinis, laborotis, maupun radiologis.
Setiap pasien diberikan satu kantong berisi 100 cc dalam tiga kali terapi plasma.
“Pemberian plasma 100 cc merupakan suatu hal yang baru, karena hasil penelitian di luar diberikan 200 cc hingga 600 cc. Namun, kami sangat hati-hati karena dalam plasma, walaupun serum, ada butir-butir protein yang harus kami waspadai dengan respons reaksi alerginya, sehingga kami berikan dalam dosis lebih sedikit,” kata dia.
Nana juga melaporkan, RSPAD melakukan monitoring pada beberapa rumah sakit yang berencana melakukan terapi plasma konvalesen.
“Ada 9 rumah sakit pendidikan yang sampai saat ini masih membahas soal protokol penelitian, namun kontrol protokol penelitiannya dari RSPAD,” kata dia.
Sudah Ada Protokol Nasional untuk Clinical Trial di Rumah Sakit
Rumah Sakit di Indonesia ternyata telah mengembangkan atau menguji terapi plasma convalescent.
Terapi tersebut dilakukan dengan cara memasukkan plasma darah penuh antibodi milik pasien yang telah sembuh ke tubuh penderita Covid-19.
"update dari plasma convalescent ternyata sudah dikembangkan di beberapa RS dan saat ini sudah ada protokol nasional untuk melakukan clinical trial di lebih banyak rumah sakit di Indonesia," ujar Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro Usai rapat terbatas, Senin, (11/5/2020).
Dengan adanya pengembangan terapi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesembuhan pasien Covid-19. Untuk diketahui Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) merekomendasikan terapi plasma convalescent bagi pasien Covid-19.
Rekomendasi tersebut diberikan karena tingginya angka kesembuhan di China yang menerapkan terapi tersebut.
"Sehingga diharapkan bisa meningkatkan tingkat kesembuhan dari para pasien covid19," katanya.
Sementara itu untuk serum anti-virus corona (Covid-19) proses pengembangannya masih tahap awal. Serum tersebut dikembangkan sebagai alternatif karena belum juga ditemukannya vaksin Covid-19.
"Untuk vaksin memang masih membutuhkan waktu. tapi paling tidak dengan sudah dimulainya whole genome sequencing (pengurutan genom lengkap), yang sudah disubmit oleh lembaga eijkman dan kemudian oleh Unair, Surabaya maka kita bisa mendeteksi jenis virus Covid apa yang saat ini beredar atau yang mewabah di Indonesia," pungkasnya.
Perkembangan Penelitian Vaksin Corona di Indonesia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendukung upaya Kementerian Riset dan Teknologi atau Badan Riset dan Inovasi Nasional terkait dengan pengembangan alat tes PCR, alat tes diagnostik non-PCR, ventilator, serta unit laboratorium bergerak dengan bio safety level (BSL) 2.
Nantinya, pengembangan tersebut ditargetkan untuk dapat melalui proses produksi massal dalam waktu dekat.
Hal itu disampaikan Jokowi saat memimpin rapat terbatas terkait percepatan penanganan pandemi Covid-19 melalui video conference yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (11/5/2020).
"Saya minta inovasi-inovasi yang telah dilakukan ini mulai kita bisa produksi secara massal sehingga kita tidak tergantung lagi pada produk-produk impor dari negara lain. Kita harapkan paling tidak akhir Mei atau awal Juni sudah bisa kita produksi," kata Jokowi.
Jokowi juga mendapat kabar akan adanya kemajuan pesat dalam pengujian plasma darah yang nantinya akan dilakukan uji klinis berskala besar di beberapa rumah sakit.
Pengujian dengan menggunakan plasma darah dari pasien Covid yang telah sembuh tersebut merupakan salah satu dari sejumlah upaya untuk mencari formula yang tepat untuk menangani Covid-19.
Selain itu, pengujian sel punca (stem cell) juga dilakukan untuk mengupayakan perbaikan jaringan paru yang rusak akibat Covid-19.
"Kemajuan signifikan juga terjadi pada penelitian genome sequencing. Ini tahapan yang sangat penting untuk menuju tahapan berikutnya untuk menemukan vaksin yang sesuai dengan negara kita," imbuh Jokowi.
Kepala Negara pun meminta seluruh pihak untuk dapat mendukung riset dan inovasi tersebut.
Selain itu, Presiden meminta jajarannya untuk turut mendukung riset dan inovasi dengan proses perizinan yang cepat dan menghubungkan hasil riset yang telah terverifikasi dengan industri baik BUMN maupun swasta.
(Kompas.com/Ihsanuddin) (Tribunnews.com/Taufik Ismail/Fransiskus Adhiyuda)
Artikel ini sebagian diolah dari Kompas.com dengan judul "2 Pasien Covid-19 Jalani Terapi Plasma di RSPAD, Kondisinya Membaik",