Gugus Tugas Covid-19 Tanggapi Hasil Riset LSI Denny JA
Achmad Yurianto selaku jubir pemerintah penanganan Covid-19 menjawab singkat saat ditanya soal hasil riset tersebut.
Penulis: Reza Deni
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menanggapi soal hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA terkait Covid-19 yang diprediksi bakal turun di Indonesia pada bulan Juni 2020, sehingga masyarakat mulai kembali beraktivitas secara normal.
Achmad Yurianto selaku jubir pemerintah penanganan Covid-19 menjawab singkat saat ditanya soal hasil riset tersebut.
"Kita baca dan pelajari semua prediksi ahli," kata Yuri dalam pesan singkat, Senin (18/5/2020).
Seperti diketahui, pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA memprediksi 99 persen kasus virus corona di Indonesia akan berakhir pada bulan Juni 2020 mendatang.
Prediksi tersebut diungkapkan Denny JA merujuk tiga sumber data dan informasi, yakni Worldometer data dunia virus corona, Singapore University of Technology and Design serta berbagai hasil riset lainnya.
Merujuk hal tersebut, riset LSI Denny JA ingin membaca trend data dunia dan Indonesia atas kasus corona.
"Berbeda dengan umumnya riset LSI Denny JA, riset ini bertujuan mengolah data sekunder. Ia bukan survei opini publik. Yang digali bukanlah persepsi publik atas virus corona," ungkap Denny JS dalam siaran tertulis pada Rabu (29/4/2020).
"Riset ini ingin menjawab apakah dan kapankah puncak pandemik terlampaui. Bisakah kita prediksi kapan pandemik berakhir," tambahnya.
Dengan mengolah data tersebut, ditambah referensi riset lain, LSI Denny JA menyimpulkan tiga hal soal virus corona.
Pertama, sebanyak 99 persen kasus virus corona diyakini selesai sebelum vaksin untuk virus itu ditemukan.
Bulan Juli hingga September 2020 katanya merupakan rentang waktu virus corona tak lagi menjadi masalah bagi dunia.
"Di era itu, yang terpapar virus corona tentu tetap ada. Namun jumlah kasus baru terpapar grafiknya menurun signifikan. Puncak pandemik sudah dilewati," jelas Denny JA.
Kedua, lanjutnya, Indonesia termasuk negara menengah dari sisi kecepatan menyelesaikan kasus virus corona.
Walau begitu, tercapainya penyelesaian 99 persen kasus virus corona di Indonesia diperkirakan jatuh pada bulan Juni 2020.
"Tentu ini dengan asumsi aneka protokol kesehatan yang digariskan WHO dan pemerintah RI dipatuhi. Antara lain social distancing, work from home, larangan mudik, dan sebagainya," jelasnya.
Terakhir, vaksin virus diperkirakan ditemukan sekitar Mei hingga Juli 2021.
Lewat vaksin tersebut, Indonesia amaupun dunia katanya bebas dari virus corona tersebut.
"Ketika vaksin ditemukan, virus corona berubah efeknya hanya seperti penyakit biasa yang tak lagi mematikan," tambahnya.
Ditemukannya vaksin kekebalan untuk virus corona adalah satu- satunya penjamin virus corona bisa ditangani.
Ketika vaksin ditemukan, virus corana hanya menjadi flu biasa yang tak lagi mematikan
Namun sebelum vaksin ditemukan berbagai protokol kesehatan diberlakukan dibanyak negara.
Antara lain menjaga jarak fisik (social distancing, physical distancing), lock-down wilayah dengan segala istilah yang berbeda, work form home, online learning, penggunaan masker, sesering mungkin mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer), dan sebagainya.
Data dari worldometer menunjukkan, protokol kesehatan itu efektif bekerja untuk rata rata dunia.
Sebelumnya, penambahan kasus baru yang terpapar grafiknya menanjak signifikan.
Tapi sejak 1 April 2020, penambahan kasus baru terpapar mulai menunjukkan grafik yang landai.
Riset ini menyertakan kasus empat negara, yakni Jerman, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru.
"Terbaca di grafik itu, betapa kasus baru harian yang terpapar menurun secara signifikan. Pada empat negara itu, grafik menunjukkan puncak pandemik sudah terlampaui," jelas Denny JA.