Rizal Ramli Sebut Pemerintah Indonesia Terlalu Sibuk Membantah Saat Corona Mulai Merebak di Wuhan
Hal ini diungkapkan Rizal ketika berbincang di Let's talk with Sara dengan tema 'Matematika Rizal Ramli : Melawan Kebangkrutan Indonesia'.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom senior Rizal Ramli mengatakan pemerintah Indonesia terlalu sibuk membantah bila virus corona atau Covid-19 tidak bisa masuk ke Tanah Air saat dua bulan pertama kasus merebak di Wuhan, China.
Hal ini diungkapkan Rizal ketika berbincang di Let's talk with Sara dengan tema 'Matematika Rizal Ramli : Melawan Kebangkrutan Indonesia', Kamis (18/6/2020).
"Memang sebetulnya kejadiannya ini kan di Wuhan 6 Desember. Pertengahan Januari sudah ada di Jakarta menurut fakultas kedokteran. Tapi dua bulan pertama kita sibuk membantah seperti 'nggak ada', 'Indonesia nggak mungkin kena', 'nggak mungkin lah ada corona kita suhunya panas', 'orang Indonesia banyak makan bumbu jadi lebih resistance', that is misleading argumen," ujar Rizal Ramli.
Baca: DATA TERBARU Kasus Corona Dunia 18 Juni 2020: Indonesia Urutan 30 dan Tertinggi Se-Asia Tenggara
Dia beralasan negara Amerika Latin seperti Brasil juga terdampak Covid-19, meski memiliki beberapa persamaan dengan Indonesia.
Antara lain seperti suhu yang sama, berada dibawah ekuator, hingga doyan mengonsumsi bumbu dalam spanish food (makanan Spanyol).
Namun, Brasil malah menjadi yang terburuk setelah Amerika Serikat (AS).
Baca: Kasus Pembunuhan Bermotif Asmara di Gowa, Rekonstruksi Ada 50 Adegan, Korban Dikeroyok Geng Motor
"Karena di Amerika Latin sana, Brasil suhunya sama, di bawah ekuator. Orang Brasil juga doyan bumbu, spanish food, tapi di Brasil justru the worst after the AS," ungkapnya.
Sementara Indonesia, kata Rizal, terbilang sedikit atau kecil angka kasusnya.
Akan tetapi Rizal menilai hal itu dikarenakan belum banyak tes yang dilakukan Indonesia.
Baca: Stafsus: Presiden Berharap Hakim Memutus Perkara Kasus Penyerangan Novel Secara Adil
Sehingga, angka kasus tersebut bukan angka yang sebenarnya.
Selain itu, Rizal Ramli meyakini angka yang muncul saat ini belum mencapai puncaknya.
"Kita (Indonesia) relatif kecil, kenapa kecil? Mungkin the number is not the true number. Karena yang dites mungkin masih sedikit," kata dia.
"Saya juga percaya this is not yet sampai puncaknya, mungkin belum sampai puncaknya. Ya (alasannya) misal di Kalimantan udah mulai ada (kasus), (padahal) tadinya nggak ada," ujarnya.