Rektor UIN: Bangun Sikap Optimistis Hadapi Covid-19
Menjalani hidup pada masa pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) bukan alasan berlarut-larut dalam kesedihan.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rektor Universitas Islam Negeri atau UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Amany Burhanuddin Umar Lubis, mengajak masyarakat supaya optimistis menghadapi kenormalan baru atau new normal.
Menurut dia, menjalani hidup pada masa pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) bukan alasan berlarut-larut dalam kesedihan. Kesedihan hanya akan membuat daya imunitas melemah.
“Kita harus membangkitkan semangat pada diri dan lingkungan, agar bisa sama-sama produktif dan menjadi berguna bagi lingkungan," kata dia, pada sesi webinar bertema ‘Women in Leadership’ Senin (22/6/2020).
Dia menjelaskan, tantangan pada masa Covid-19 itu jangan hanya melihat hal-hal sulit. Di keluarga, pekerjaan, masyarakat, bahkan penggunaan teknologi juga merupakan suatu tantangan.
Baca: Penasihat Donald Trump Sebut Covid-19 Merupakan Produk Partai Komunis China
Baca: Pilkada Digelar Saat Pandemi Covid-19, Kampanye Model Jalan Santai, Bazar, dan Konser Musik Dilarang
Baca: UPDATE Covid-19 Ambon: Pasien Positif 437 Orang per 22 Juni 2020, 120 Sembuh, 10 meninggal
Untuk itu, kata dia, tantangan harus dicari solusi, supaya kuat menghadapi masa depan. Juga menghadapi tantangan-tantangan lainnya, karena, tantangan perempuan itu datang dari berbagai sisi.
"Tantangan bagaimana memberikan solusi bagi situasi yang ada, lalu bersabar dan bersyukur. Sebagai mahluk Allah yang beriman, syukur dan sabar itulah obat bagi segalanya. Bahkan juga tips bagi segala keberhasilan," ujarnya.
Pada masa pandemi Covid-19, dia menilai strategis kepemimpinan perempuan. Tak hanya rasional, perempuan biasanya menggunakan hati. Selain itu, dalam memimpin dibutuhkan kapan harus tegas dan harus lemah lembut.
“Kepemimpinan perempuan memang memiliki kekhasan, selain biasa menangani beberapa pekerjaan sekaligus," kata dia.
Namun, dia menambahkan, tantangan terhadap kepemimpinan perempuan tetap ada.