Pakar UGM: Wabah Covid-19 Berakhir Paling Lambat Februari 2020
Jika berdasarkan prediksi optimistis, Dedi memperkirakan pandemi corona akan berakhir paling cepat pada November
Editor: Hendra Gunawan
*Total Kasus Positif Sekitar 227 Ribu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah mengubah segala tatanan kehidupan yang mapan di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Akibat pandemi tersebut, banyak sektor kehidupan yang berubah.
Semua orang kini ke mana-mana harus pakai masker. Para siswa sekolah terpaksa harus belajar dari rumah.
Begitu pula dengan para pekerja yang sebagian terpaksa harus bekerja dari rumah.
Meski telah berlangsung selama beberapa bulan, belum ada tanda-tanda kasus corona
mengalami penurunan.
Baca: Jumlah Kumulatif Konfirmasi Covid-19 Indonesia Melebih China, Dokter Reisa: Kita Pasti Bisa Lawan
Sebaliknya, belakangan kasus positif Covid-19 di Indonesia justru menunjukkan peningkatan signifikan.
Yang terkini, per 20 Juli kemarin, kasus corona di Indonesia sudah menyentuh angka 88.214 orang Belum diketahui kapan pandemi ini akan berakhir.
Namun pakar statistika Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dedi Rosadi, memiliki prediksi sendiri kapan pandemi ini akan berakhir.
Jika berdasarkan prediksi optimistis, Dedi memperkirakan pandemi corona akan berakhir paling cepat pada November 2020.
Dedi menyampaikan prediksi terbarunya ini berdasarkan model hybrid kompartemen
SIR-Regresi-runtun-waktu dan metode model Probabilistic Data Driven Model Covid-19
Indonesia.
Baca: Dampak Pandemi Covid-19 di Luar Prediksi Membuat Semua Negara Terancam Resesi
Dalam perhitungan prediksi ini, Dedi mengandeng dua rekannya alumni
FMIPA UGM, Joko Kristadi dan Fidelis Diponegoro.
Dedi menjelaskan berdasarkan tracking data terakhir menggunakan berbagai
pendekatan pemodelan data-driven atau berbasis pergerakan data terdapat kenaikan
nilai proyeksi kasus positif diakhir pandemi yang cukup signifikan.
"Prediksi paling optimis diperoleh dengan menggunakan model hybrid kompartemen SIR-Regresi-runtun-waktu diperkirakan pandemi akan berakhir di awal November 2020 dengan total kasus positif di sekitar 112 ribu penderita," jelas Dedi dalam keterangan tertulisnya melalui Humas UGM, Senin (20/7/2020).
Sementara untuk model Probabilistic Data Driven Model Covid-19 Indonesia didapati
prediksi bahwa masa puncak corona terjadi pada Juli-Agustus 2020.
Dengan perhitungan itu, pandemi diperkirakan akan berakhir pada Februari 2021.
"Pandemi akan berpuncak di akhir Juli sampai akhir Agustus 2020 dan berakhir di akhir Februari 2021 dengan estimasi total kasus positif di sekitar 227 ribu penderita," ujarnya.
Meski demikian menurutnya akhir pandemi ini tetap tergantung pada kebijakan
pemerintah dan kedisiplinan masyarakat mematuhi protokol kesehatan.
Baca: Dampak Pandemi Covid-19 di Luar Prediksi Membuat Semua Negara Terancam Resesi
Menurut Dedi hal itu merupakan kunci mengadang kenaikan penambahan pasien.
"Kebijakan pemerintah dan kedisiplinan masyarakat terhadap protokol new normal adalah kunci untuk mengadang kenaikan rate penambahan pasien Covid-19," ujarnya.
Di sisi lain, berdasarkan perhitungan angka Rt corona di Indonesia masih pada angka
1.08.
Artinya, sejumlah daerah yang masih menjadi episenter penyebaran corona harus
tetap waspada. Daerah episenter itu antaranya Jawa Timur, DKI Jakarta, Sulawesi
Selatan, serta Kalimantan Selatan.
"Pengendalian provinsi-provinsi lain yang berpotensi membahayakan seperti Jawa
Tengah, Sumatera Utara, Bali, Sumatera Selatan dan Papua perlu dioptimalkan agar
Indonesia dapat semakin optimis menatap ke depan," ujarnya. (tribun
network/den/dod)