Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

FAKTA Temuan Obat dari Unair yang Diklaim sebagai Obat Covid-19: Siap Diproduksi, Tunggu Izin Edar

Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur mengklaim telah menemukan obat Covid-19.

Penulis: Daryono
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
zoom-in FAKTA Temuan Obat dari Unair yang Diklaim sebagai Obat Covid-19: Siap Diproduksi, Tunggu Izin Edar
pixabay.com
ILUSTRASI tentang obat Covid-19. 

TRIBUNNEWS.COM - Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur mengklaim telah menemukan obat Covid-19.

Obat yang diklaim sebagai Obat Covid-19 itu disebut tinggal menunggu izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Jika nantinya obat ini betul-betul berhasil menjadi obat Covid-19, Indonesia akan menjadi negara pertama yang menemukan obat Covid-19

Pasalnya, hingga saat ini, WHO belum merekomendasikan obat Covid-19 yang diakui secara global. 

Berikut ini fakta tentang klaim obat Covid-19 dari Unair sebagaimana dirangkum Tribunnews.com, Minggu (16/8/2020):

1. Disebut Telah Lewati Uji Klinis Tahap III

Mewakili Kepala BIN, Sestama BIN Komjen Bambang Sunarwibowo menerima secara simbolis hasil uji klinis anti Covid-19 yang dilakukan Universitas Airlangga (Unair), Sabtu (15/8/2020).
Mewakili Kepala BIN, Sestama BIN Komjen Bambang Sunarwibowo menerima secara simbolis hasil uji klinis anti Covid-19 yang dilakukan Universitas Airlangga (Unair), Sabtu (15/8/2020). (istimewa)

Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih menyebut obat yang diklaim sebagai obat Covid-19 tersebut telah melewati uji klinis tahap III.

Berita Rekomendasi

Pada Sabtu (15/8/2020) kemarin, Nasih menyerahkan laporan hasil uji klinis tahap III obat tersebut kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Andika Perkasa, dan Sekretaris Utama Badan Intelijen Negara (BIN), Komjen Pol Bambang Sunarwibowo.

Baca: Dukungan BIN dan TNI AD Turut Mempercepat Proses Uji Klinis Obat Covid-19

Nasih menungkapkan, hasil uji klinis tahap akhir kombinasi obat anticovid-19 tersebut telah melewati proses yang sangat panjang dan berliku.

Uji klinis dimulai sejak Maret 2020 hingga Agustus 2020 dengan melibatkan TNI AD dan BIN.

"Kami sudah mulai melakukannya pada bulan Maret dengan berbagai macam uji invitro kemudian diakhiri dengan uji doking dan seterusnya sehingga hasil sesungguhnya empat sampai lima bulan untuk sampai pada hasil ini. Jadi kalau di luaran ada isu ini bikin obat kok kayak bikin tahu saja itu tidak benar," kata Nasih.

Ia menjelaskan, seluruh proses uji klinis tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diisyaratkan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) termasuk metode uji klinis tersebut.

"Yang tidak kalah penting adalah keseluruhan proses sudah mengikuti apa yang dicantumkan, disyaratkan BPOM. Mulai dari metode uji klinis, termasuk bagaimana pada saat kita hilangkan nama obat dan seterusnya. Kami juga gunakan multi center di dalamnya, dan setiap pasien tentu ada informasi yang kita berikan pada mereka sehingga alhasil secara ilmiah proses dari penelitian ini sudah mengkikuti berbagai macam aspek yang dipersyaratkan BPOM," tutur Nasih.

2. Klaim 750 Pasien Corona Sembuh setelah konsumsi Obat

Obat Covid dari Unair ini diklaim telah menyembuhkan 750 pasien positif Corona tanpa mengenakan ventilator.

Sebagian besar para pasien positif tersebut dirawat di Sekolah Calon Perwira (Secapa) AD Bandung, Jawa Barat.

3. Proses Produksi Tunggu Izin Edar dari BPOM

Guna memproduksi obat dari Unair itu, pemerintah telah menunjuk PT Kimia farma.

Namun, proses produksinya masih menunggu izin dari BPOM.

"Pengujian tidak ada lagi, jadi hanya izin edar obat," ungkap KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa yang merupakan Wakil Ketua Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Sabtu, sebagaimana dikkutip dari INewsTV. 

Baca: Belum Ada Nama, Obat Racikan Universitas Airlangga Tunggu Izin Edar BPOM

Guna mempercepat proses izin edar dari BPOM, KSAD menjadwalkan pertemuan dengan Kepala BPOM pekan depan. 

"Kiita sudah punya jadwal dengan kepala BPOM besok hari Rabu (pekan depan) dalam rangka untuk mempercepat permohonan izin edar," kata Andika.

Jika izin edar sudah dikeluarkan BPOM, ia berharap pemerintah menyiapkan anggaran untuk produksi obat tersebut sehingga di tahap awal tidak dijual ke masyarakat.

Ia pun meminta dukungan dari Komisi I DPR RI sebagai mitra kerjanya untuk mendukung terkait anggaran tersebut.

"Jadi, harus ada anggaran pemerintah awal yang diturunkan ke situ, produksi untuk distribusi awal. Menurut saya itu perlu. Seperti halnya vaksin, vaksin juga kan tidak untuk dijual pada tahap awal. Pemerintah yang menganggarkan kemudian memberikan vaksin, walaupun nanti tidak tahu tahun berapa," kata Andika.

(Tribunnews.com/Daryono/Gita Irawan)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas