Kehilangan Penciuman pada Pasien Covid-19 Beda dengan Pilek dan Flu, Bisa Dites dengan Benda Ini
Hilangnya penciuman yang terjadi pada pasien Covid-19 unik daan berbeda dari penderita demam, pilek, ataupun flu.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Hilangnya penciuman yang terjadi pada pasien Covid-19 unik dan berbeda dari penderita demam, pilek, ataupun flu.
Hal ini dijelaskan seorang peneliti asal Eropa yang mempelajari pengalaman pasien Covid-19.
Menurutnya, kehilangan penciuman pada pasien virus corona lebih buruk daripada flu biasa.
Sebab pasien Covid-19 tidak mengalami hidung tersumbat atau keluar ingus.
Bahkan kebanyakan dari mereka masih bisa bernapas lega, sebagaimana dilaporkan BBC.
Baca: Istri di Surabaya Diancam akan Diceraikan Suami gara-gara Positif Corona
Baca: Update Corona Jawa Barat 18 Agustus 2020: Ada Pertambahan 45 Kasus Baru Terkonfirmasi Positif
Jadi yang membedakannya dari penderita pilek atau flu adalah hilangnya rasa dari penciuman yang sebenarnya.
Menurut peneliti di jurnal Rhinology, yang dimaksud bukanlah rasa memudar karena penciuman yang hilang.
Tetapi pasien corona yang kehilangan penciuman tidak bisa membedakan manis dan pahit sama sekali.
Para ahli menduga hal ini disebabkan virus corona menyerang sel saraf yang berkaitan langsung dengan sensasi penciuman dan rasa.
Adapun gejala Covid-19 antara lain suhu tinggi atau demam, batuk terus menerus, dan kehilangan bau atau rasa.
Jadi bila sudah merasakan tanda-tanda ini, sebaiknya langsung mengisolasi diri dan melakukan tes swab.
Hasil Riset Mengenai Hilangnya Penciuman dan Perasa
Prof Carl Philpott, dari University of East Anglia, melakukan tes penciuman dan rasa pada 30 relawan.
Ke-30 orang itu terdiri dari 10 pasien Covid-19, 10 penderita pilek parah, dan 10 orang sehat tanpa gejala pilek maupun flu.
Hasilnya, pasien Covid-19 lebih banyak mengalami kehilangan penciuman.
Para pasien ini kurang bisa mengenali bau dan sama sekali tidak bisa membedakan rasa pahit atau manis.
"Tampaknya memang ada fitur pembeda yang membedakan virus corona dari virus penyakit pernapasan lainnya."
"Ini sangat menarik karena itu berarti tes bau dan rasa dapat digunakan untuk membedakan antara pasien Covid-19 dan orang dengan pilek atau flu biasa," jelas Prof Philpott yang bekerja untuk membantu orang dengan gangguan penciuman dan perasa.
Dia mengatakan orang bisa melakukan tes penciuman dan rasa sendiri di rumah.
Caranya adalah dengan menggunakan produk seperti kopi, bawang putih, jeruk atau lemon, dan gula.
Kendati demikian, dia menekankan bahwa tes swab tenggorokan dan hidung masih penting untuk meyakinkan status positif atau negatif Covid-19.
Lebih lanjut, indera perasa dan penciuman dari pasien corona ini akan kembali sekira beberapa minggu setelah pulih.
Selain Prof Philpott, Prof Andrew Lane dari Universitas John Hopkins yang merupakan pakar hidung dan sinus turut mendalami gejala Covid-19 satu ini.
Baca: Sekeluarga di Magelang Positif Corona, Ayah Nyeri Kepala dan Ibu Anak Hilang Indera Penciuman
Baca: Remaja Ini Cerita Saat-saat Dinyatakan Positif Corona: Pilek hingga Kehilangan Indera Penciuman
Dia dan timnya mempelajari sampel jaringan dari bagian belakang hidung untuk memahami bagaimana virus corona dapat menghilangkan penciuman dan menerbitkan temuannya itu di European Respiratory Journal.
Mereka mengidentifikasi tingkat enzim yang sangat tinggi yang hanya ada di area hidung yang berkaitan langsung dengan indera penciuman.
Enzim yang disebut ACE-2 (angiotensin converting enzyme II), dianggap sebagai 'titik masuk' yang memungkinkan virus corona masuk ke dalam sel tubuh dan menyebabkan infeksi.
Hidung merupakan salah satu tempat masuknya virus SARS-CoV-2 ke dalam tubuh.
"Kami sekarang melakukan lebih banyak eksperimen di laboratorium untuk melihat apakah virus memang menggunakan sel-sel ini untuk mengakses dan menginfeksi tubuh."
"Jika itu masalahnya, kami mungkin dapat mengatasi infeksi dengan terapi antivirus yang diberikan langsung melalui hidung," jelasnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)