Vaksinolog: Membuat Vaksin Itu Amat Sangat Sulit dan Rumit
Vaksinolog sekaligus Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr Dirga Sakti Rambe, MSc SpPD menyatakan, proses produksi vaksin terbilang rumit dan sulit.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Vaksinolog sekaligus Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr Dirga Sakti Rambe MSc SpPD menyatakan, proses produksi vaksin terbilang rumit dan sulit.
Hal itu diungkapkan Dirga dalam acara Forum Dialog Kabar Kamis bertema “Mengapa Vaksin Penting? Perlukah untuk Orang Dewasa?” yang diselenggarakan di Media Center KPCPEN, Kamis (15/10/2020).
"Prosesnya amat sangat complicated, bagaimana virus atau bakteri ditumbuhkan lalu dipanen lalu dibuat formulasinya. Jadi jangan dibayangkan bikin jadi satu di mangkok diaduk jadi satu," ungkapnya.
Baca juga: Marwan Berharap Kunjungan Ketua Satgas Covid ke Eropa dapat Hasil Positif Soal Vaksin Corona
Ia melanjutkan, dalam pembuatan satu vaksin dibutuhkan waktu yang cukup panjang.
Normalnya pembuatan vaksin memerlukan waktu 10-15 tahun.
Hal tersebut dikarenakan vaksin diperuntukan untuk pencegahan dan diberikan kepada orang yang sehat.
Baca juga: Bio Farma: 50 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Impor Akan Datang di November
"Jadi keamanan itu nomor satu. Proses penelitiannya sangat panjang, mulai dari hewan, manusia, puluhan ratusan sampai ribuan orang. Baru didapatkan hasil apakah vaksin itu aman dan efektif," katanya.
Meski demikian, jika berada di masa pandemi seperti Covid-19 ini, pembuatan vaksin memungkinkan dipercepat tanpa menghilangkan prinsip keamanan vaksin.
Baca juga: Vaksin Corona Segera Diedarkan di Indonesia, Ahli: Memberikan Harapan Itu Penting, tapi Tidak Palsu
"Sekalian pun dipercepat tidak ada tawar menawar soal keamanan," kata dokter yang bertugas di RS Omni Pulomas itu.
Dirga menuturkan, untuk menjaga keamanan vaksin, sekalipun vaksin telah memiliki izin edar, keamananya terus dipantau secara berkala.
"Jangan khawatir meski vaksin sudah dapat izin edar, keamananya terus diawasi dan dilaporkan ke berbagai lembaga secara kontiyu. Di Indonesia itu ada BPOM, di Amerika Serikat ada CDC dan IOM, dipantau secara kontiyu, sehingga kalau ada sesuatu segera ditindaklanjuti," jelas dia.