WHO Pertimbangkan Penggunaan Sertifikat e-Vaksinasi untuk Perjalanan Internasional
WHO) sedang mempertimbangkan penggunaan sertifikat e-vaksinasi untuk perjalanan internasional, seperti yang tengah dikembangkan bersama Estonia.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, ZURICH— Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang mempertimbangkan penggunaan sertifikat e-vaksinasi untuk perjalanan internasional, seperti yang tengah dikembangkan bersama Estonia.
Dilansir Reuters, Jumat (4/12/2020), Hal ini diambil setelah WHO tidak merekomendasikan negara-negara untuk mengeluarkan "paspor kekebalan (imunitas)" bagi mereka yang telah pulih dari Covid-19.
Estonia dan badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan Oktober memulai proyek percontohan untuk sertifikat vaksinasi digital - "kartu kuning pintar" - untuk penggunaan dalam pelacakan data perawatan kesehatan yang dapat dioperasikan dan memperkuat inisiatif COVAX yang didukung WHO guna meningkatkan vaksinasi di negara-negara berkembang.
"Kami sedang mempelajari dengan sangat cermat penggunaan teknologi dalam respons Covid-19 ini, salah satunya bagaimana kami dapat bekerja dengan negara-negara anggota sertifikat e-vaksinasi," kata Siddhartha Datta, manajer program WHO untuk penyakit yang dapat dicegah vaksin, kepada wartawan dalam konferensi pers dari Kopenhagen, seperti dilansir Reuters, Jumat (4/12/2020).
Sejauh ini program vaksinasi semakin berkembang, sejak Inggris pada Rabu (2/12/2020) memberikan persetujuan bagi penggunaan secara umum kandidat vaksin Covid-19 dari Pfizer dan BioNTech Jerman.
Sementara perusahaan lain Moderna dan AstraZeneca telah menyampaikan data uji coba yang positif di tengah dorongan mereka untuk mendapatkan persetujuan.
Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Instruksikan Vaksinasi Covid-19 Secara Massal
Baca juga: Aturan Baru Pakai Masker dengan Standar WHO, Dalam Ruangan yang Ventilasi Buruk Wajib Pakai
Estonia awal tahun ini secara terpisah mulai menguji "paspor kekebalan digital", berpotensi untuk melacak mereka yang pulih dari Covid-19 dengan beberapa kekebalan, meskipun pertanyaan tetap berakhir apakah, atau untuk berapa lama, seseorang mungkin dapat dilindungi.
Tetapi pejabat WHO lainnya, Catherine Smallwood mengatakan lembaga itu berpegang teguh pada panduan terhadap penggunaan paspor kekebalan sebagai bagian dari tawaran untuk melanjutkan beberapa normalitas perjalanan lintas batas.
"Kami tidak merekomendasikan paspor kekebalan, kami juga tidak merekomendasikan pengujian sebagai sarana untuk mencegah penularan melintasi perbatasan," kata Smallwood.
Smallwood juga mengatakan tes antigen cepat, yang digunakan oleh beberapa maskapai untuk menguji penumpang naik atau turun dari penerbangan, mungkin "kurang tepat" untuk memungkinkan perjalanan internasional.
Karena tes antigen kurang akurat daripada tes PCR molekuler, sehingga beberapa orang bisa lolos.(Reuters)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.