Meski Tak Menular, Gejala Long Covid-19 Tetap Perlu Dipantau
Kondisi ini merupakan gejala sakit berkepanjangan yang diderita pasien penyintas Covid-19 meski sudah dinyatakan negatif berdasarkan hasil tes.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Gejala long Covid-19 menjadi ramai dibicarakan masyarakat.
Kondisi ini merupakan gejala sakit berkepanjangan yang diderita pasien penyintas Covid-19 meski sudah dinyatakan negatif berdasarkan hasil tes.
Sebelumnya Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, secara umum penderita Covid-19 akan sembuh dalam waktu 2 sampai dengan 6 minggu. Akan tetapi, untuk beberapa penyintas akan merasakan efek berkepanjangan paska sembuh.
"Harap dijadikan catatan, mereka yang menderita long Covid-19, tidak akan menularkan gejala yang sama ataupun virus kepada mereka yang berada di sekitarnya," jelasnya saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Graha BNPB, yang disiarkan virtual, Selasa (9/3/2021).
Dalam pedoman tatalaksana penanganan Covid-19 edisi Desember 2020 dijelaskan bahwa ada beberapa gejala yang termasuk ke dalam fenomena ini antara lain batuk, sesak nafas, anosmia, ageusia, sakit kepala, nyeri pada tubuh, diare, mual, kelelahan, nyeri abdomen dan nyeri badan, hingga gejala neurologis.
Baca juga: Selain 3M, IDI Anjurkan Buka Jendela di Semua Ruangan saat Pandemi Covid-19
Keadaan Long Covid-19 ini dapat menyerang berbagai kelompok usia. Salah satu studi menyatakan bahwa pada kelompok usia 18-34 tahun didapatkan 20% pasien dengan gejala yang berkepanjangan.
Beberapa ahli juga menyatakan bahwa gejala berkepanjangan ini sebagai Lingering Symptoms dengan gejala berupa brain fog atau kesulitan berpikir, tarikan nafas yang memendek, aritmia, hingga terjadinya hipertensi.
Hal ini dihipotesiskan terjadi akibat infeksi langsung virus terhadap masing-masing organ.
Sebuah penelitian menungkapkan, bahwa 87.4% pasien Covid-19 yang sudah baik akan tetap mengalami gejala persisten hingga 60 hari.
Hal ini kemudian perlu menjadi pantauan bagi tenaga kesehatan karena dengan gejala yang berkepanjangan, bukan tidak mungkin kualitas hidup pasien akan menurun dan tidak menutup kemungkinan terjadinya perburukan kembali pada pasien.