Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

UPDATE Corona Indonesia 23 Maret 2021: Total 1.471.225 Positif, 1.304.921 Sembuh, 39.865 Meninggal

Update kasus positif virus Corona atau Covid-19 di Indonesia yang tercatat pada Selasa (23/3/2021).

Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in UPDATE Corona Indonesia 23 Maret 2021: Total 1.471.225 Positif, 1.304.921 Sembuh, 39.865 Meninggal
Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Update Covid-19 Indonesia pada Selasa (23/3/2021): Total 1.471.225 Positif, 1.304.921 Sembuh, 39.865 Meninggal 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut update kasus positif virus corona atau Covid-19 di Indonesia yang tercatat pada Selasa (23/3/2021).

Kasus positif virus corona tercatat ada penambahan sebanyak 5.297 kasus.

Sehingga, saat ini total kasus Covid-19 di Indonesia menjadi 1.471.225 kasus dari sebelumnya sebanyak 1.465.928 kasus.

Hal itu tercatat dalam website resmi Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, covid19.go.id, pada Selasa sore pukul 16.43 WIB.

Baca juga: Pelacakan Kasus TBC Terganggu Selama Pandemi Covid-19

Baca juga: Satgas Covid-19 Soal Vaksin Gotong Royong: Bukan Berarti Pemerintah Lepas Tanggung Jawab

Kabar baiknya, sebanyak 6.954 pasien Covid-19 dinyatakan sembuh.

Jumlah pasien sembuh diketahui bertambah menjadi 1.304.921 dari sebelumnya sebanyak 1.297.967 pasien.

Sementara pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 bertambah sebanyak 154 pasien.

BERITA TERKAIT

Sehingga total pasien yang meninggal dunia karena Covid-19 menjadi 39.865 dari sebelumnya 39.711 pasien.

Penambahan kasus positif Covid-19 itu tersebar di seluruh wilayah provinsi di Indonesia.

Baca juga: Ketua DMI Jusuf Kalla: Bulan Depan, Masjid Akan Menjadi Tempat Vaksinasi Covid-19

Baca juga: Mensos Risma: Kaum Ibu dan Anak Paling Terdampak Pandemi Covid-19

Alasan Orang Indonesia Sulit Menjaga Jarak Fisik Saat Pandemi Covid-19

Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, dari 3M protokol kesehatan, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, orang Indonesia sangat sulit dan memiliki tingkat kesadaran yang rendah dalam menjaga jarak fisik.

Sosiolog Universitas Indonesia, Daisy Indira Yasmine mengatakan, ada banyak faktor yang melatarbelakangi rendahnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan prokes tersebut.

Satu diantaranya terkait dengan kebiasaan sehari-hari sebagai makhluk sosial adalah kegiatan berkumpul.

Hal itu disampaikan Daisy dalam Webinar bertajuk 'Refleksi Setahun Pandemi, Masyarakat Semakin Abai atau Peduli Forum Ngobras dan Frisian Flag', Senin (23/3/2021).

Baca juga: Hasil Uji Coba Terbaru: Vaksin Covid-19 AstraZeneca 100% Efektif Cegah Terjadinya Penyakit Serius

Baca juga: Mirip, Begini Cara Membedakan Gejala Tuberkulosis dan Covid-19, Lihat Durasi Batuk

"Jaga jarak fisik ini yang paling sulit dan paling rendah dari presentase kepatuhannya. Nah Indonesia itu budayanya itu memang senengnya kumpul."

"Kita punya filosofi kalau di Jawa punya filosofi 'Mangan ora makan yang penting kumpul'. Kita nggak boleh kumpul, makan nggak bisa, tapi kumpul juga nggak boleh, nah itu merupakan tantangan masyarakat kita," ungkap Daisy .

Ia menyebut, sulitnya masyarakat menjaga jarak ini menjadi tantangan yang perlu diperbaiki.

Diharapkan, pihak terkait dapat membuat panduan yang jelas dan rinci terkait kebiasaan adaptasi baru ini.

Misalnya, panduan menjaga jarak dalam transportasi umum maupun mengantre di supermarket.

Baca juga: Aturan Baru Pencegahan Covid-19 di Prancis Timbulkan Pertanyaan dan Kritik

Baca juga: Vaksin Covid-19 Novavax dan Pfizer Diprediksi Masuk Indonesia Pertengahan Semester Dua 2021

"Antrean ini tidak ada panduan yang jelas bagaimana mengantre. Kita punya budaya misalnya masuk ke dalam MRT, ke dalam bus itu juga harus protokol kesehayan jaga jarak, tapi ternyata enggak. Takut kehilangan kesempatan ya nalurinya," jelasnya.

Daisy berharap, masyarakat dapat displin akan protokol kesehatan agar pandemi Covid-19 ini terkendali.

"Jaga jarak fisik itu sulit sekali, misalnya mengantre di kasir walaupun ada batasnya padahal sudah ada batasnya, tetap saja orang menempel ke punggung orang di depannya," kata Daisy.

(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Rina Ayu Panca Rini)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas