Kasus Covid-19 Melonjak, Ketua Satgas IDI Sarankan Lockdown
Menurutnya, semua kegiatan, liburan, maupun perjalanan tidak penting harus dihentikan sejenak. Apalagi mempertimbangkan sekolah tatap muka dibuka
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Satuan Gugus Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban menyarankan dalam situasi lonjakan kasus Covid-19 seperti ini, lockdown menjadi mutlak dilakukan.
Menurutnya, semua kegiatan, liburan, maupun perjalanan tidak penting harus dihentikan sejenak. Apalagi mempertimbangkan sekolah tatap muka dibuka kembali.
"Lakukan lockdown sebelum telat. Situasi bisa berubah jadi mengerikan," ujarnya seperti dikutip dari akun twitternya, Jumat (18/6/2021).
Meski tak populer di Indonesia, namun kebijakan lockdown terbukti efektif di beberapa negara.
Baca juga: Menteri PAN-RB: Tidak Ada Istilah Kantor Pemerintah Lockdown
India misalnya, dari 400 ribu kasus per hari, turun menjadi 70 ribu.
"Saya rasa, pandemi akan sulit terkendali jika jarak sosial ekstrem tidak diperaktikkan," ungkao guru besar FKUI ini.
Ia mengatakan, penerapan lockdown berjalan paling cepat dua minggu. Sambil melihat jumlah penambahan kasus atau positivity rate.
Seperti di Jakarta yang berada di angka 17-18 persen. Tunggu sampai 10 persen. Itu cukup. Setelah itu baru kembali lagi ke PPKM Mikro.
Ia menilai, lockdown menjadi cara untuk membatasi pergerakan masyarakat saat situasi pandemi Covid-19 darurat.
"Saat ini rumah sakit penuh, kasus melonjak, beberapa tenaga kesehatan dan medis telah terinfeksi--yang bisa menyebabkan kualitas layanan menurun," terangnya.
Baca juga: Kasus Corona Terus Melonjak Pemerintah Disarankan Lockdown Terbatas Ala Indonesia
Sejauh ini, Zubairi menilai kebijakan PPKM Mikro belum memberikan hasil maksimal.
Kebijakan lockdown akan mengesankan bahwa situasi saat ini benar-benar darurat sehingga masyarakat juga sadar akan hal itu.
"Tidak usah lama-lama dan memang butuh kesabaran serta kesadaran dari semua pihak. Apakah lockdown sebuah jaminan? Asal dilakukan dengan benar ya akan efektif. Namun saya juga tidak bisa memaksakan. Itu terserah yang punya kewenangan. Sebagai dokter, tentu saja saya ingin memprioritaskan keselamatan dan kesehatan," harap Prof.Zubairi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.