Vaksin Sinovac Disebut Tak Ampuh Tangkal Varian Baru, Ini Tanggapan Jubir Covid-19
Pertanyaan itu dilontarkan karena tidak sedikit orang yang tetap terpapar virus corona, bahkan banyak nakes gugur meskipun sudah mendapat vaksinasi de
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru bicara (jubir) Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjawab pertanyaan mengenai Vaksin Sinovac yang dianggap tak ampuh dalam menangkal varian-varian baru, termasuk varian Delta.
Pertanyaan itu dilontarkan karena tidak sedikit orang yang tetap terpapar virus corona, bahkan banyak nakes gugur meskipun sudah mendapat vaksinasi dengan Sinovac.
Wiku mengatakan bahwa studi ilmiah telah membuktikan vaksin Covid-19 merek apapun, tak terkecuali Sinovac, memiliki kemampuan meredam tingkat keparahan gejala Covid-19.
"Dalam hal ini WHO menyatakan bahwa keberadaan vaksin Covid-19 masih penting terutama dalam meminimalisir gejala yang ditimbulkan," ujar Wiku, dalam konferensi pers di Youtube, Kamis (15/7/2021).
Selain itu, Wiku mengatakan vaksinasi berperan penting meminimalkan munculnya varian baru.
Dia mengutip hasil penelitian kohor terhadap 1,8 juta genome virus Covid-19 dari 183 negara di seluruh dunia.
Penelitian tersebut membuktikan bahwa pasien yang sudah mendapat suntikan vaksin dan kemudian terkonfirmasi positif Covid-19, memperlihatkan adanya penurunan peluang mutasi.
Baca juga: Luhut: Varian Delta Menurunkan Efikasi Seluruh Jenis Vaksin
"Artinya vaksinasi juga berperan penting dalam meminimalisir munculnya varian baru," kata Wiku.
Wiku pun menjawab bahwa masyarakat belum perlu mendapatkan booster vaksinasi ketiga seperti nakes.
Hal ini disampaikan Wiku lantaran para nakes akan menerima booster ketiga dengan satu dosis suntikan dengan vaksin Moderna dari Amerika Serikat.
Dua kali dosis vaksin bagi masyarakat, ditegaskan Wiku sangat cukup dalam membentuk kekebalan individu yang bisa bertahan bulanan hingga tahunan.
"Tapi bagi masyarakat umum, saat ini dua kali dosis vaksin sudah sangat cukup untuk membentuk kekebalan individu. Karena studi ilmiah menunjukkan rata-rata antibodi pada populasi dapat bertahan dalam jangka waktu bulanan bahkan tahunan," tandasnya.