Interaksi Obat Sempat Ramai Disebut Penyebab Kematian Pasien Covid-19, Ini Penjelasan Ahli Farmasi
Berikut penjelasan Guru Besar Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM, Prof Dr APT Zullies Ikawati, terkait fakta seputar interaksi obat.
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Akhir-akhir ini publik sempat diramaikan dengan pernyataan seorang dokter yang menyebutkan bahwa interaksi obat adalah penyebab kematian pasien Covid-19.
Pernyataan yang disebutkan oleh dokter yang bernama Lois Owien ini pun menjadi viral di media sosial.
Bahkan dr Lois secara-terang-terangan menyebutkan dirinya tidak percaya Covid-19 melalui akun Twitter pribadinya @LsOwien.
Akibatnya dr Lois Owien pun ditetapkan menjadi tersangka atas kasus penyebaran berita bohong oleh polisi.
Baca juga: Ini 3 Jenis Obat untuk Pasien Covid-19 yang Dicari Pemerintah hingga ke Luar Negeri
Lantas bagaimana sebenarnya fakta dari interaksi obat ini.
Apakah benar bisa mengakibatkan meninggalnya pasien Covid-19.
Berikut penjelasan Guru Besar Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM, Prof Dr APT Zullies Ikawati, dalam program Dialog Interaksi Nasional di kanal YouTube Tribunnews.com, Rabu (14/7/2021).
Baca juga: Sulit Didapatkan, Pemerintah Cari Obat yang Mirip Actemra Sebagai Alternatif Terapi Pasien Covid-19
Mengenal Apa Itu Interaksi Obat
Guru Besar Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM, Prof Dr APT Zullies Ikawati mengatakan, interaksi obat adalah pengaruh dari suatu obat jika dipakai secara bersamaan.
Zuliies menjelaskan, ketika orang sakit biasanya tidak hanya cukup dengan mengkonsumsi satu jenis obat saja.
Terkadang pasien bisa menggunakan beberapa macam obat, sehingga obat-obatan tersebut bisa menimbulkan suatu interaksi dalam tubuh.
Namun yang perlu ditekankan adalah, interaksi obat tidak selalu berkonotasi negatif.
Baca juga: Bahaya Jika Sembarangan, Simak Tips Memilih Obat dan Vitamin yang Aman dan Tepat untuk COVID-19
Karena interaksi obat bisa saja saling mendukung, tapi bisa juga saling melawan.
Oleh karena itu, tidak bisa digeneralisir bahwa interaksi obat itu tidak baik, bahkan sampai mematikan.
"Interaksi itu tidak selalu berkonotasi negatif. Karena interaki itu bisa saja saling mendukung dan bisa juga saling melawan. Sehingga kita tidak bisa mengeneralisir interaksi obat itu jelek, bahkan sampai mematikan."
"Saya kira itu terlalu berlebihan karena harus dilihat kasus demi kasus," kata Zullies dikutip dari tayangan Dialog Interaksi Nasional di kanal YouTube Tribunnews.com, Rabu (14/7/2021).
Baca juga: Cara Mendapatkan Obat dan Vitamin Gratis untuk Pasien Covid-19 yang Isoman
Bagaimana Interaksi Obat Bisa Menguntungkan
Menurut Zullies, interaksi obat bisa menguntungkan apabila bisa bersama-sama mendukung terapi kesembuhan.
Zullies mencontohkan terjadinya interaksi obat yang meguntungkan pada penyakit hipertensi.
"Katakanlah biasanya begini, hipertensi itu satu jenis penyakit tapi hipertensi membutuhkan lebih dari satu macam obat. Jika suatu tekanan darah tidak terkontrol dengan suatu obat maka dokter akan memberikan obat lain."
"Bahkan jika dua tidak cukup kadang-kadang bisa dikombinasi menjadi tiga," ungkap Zullies.
Baca juga: Jokowi Blusukan Malam-malam Bagikan Sembako dan Obat untuk Warga yang Isoman
Berdasarkan contoh tersebut Zullies menerangkan bahwa adanya kombinasi obat berarti memungkinkan adanya interaksi obat.
Namun interaksi dalam contoh penyakit hipertensi tersebut bersifat menguntungkan.
Karena masing-masing obat akan bekerja dengan mekanismenya sendiri-sendiri untuk mendukung menurunkan tekanan darah.
Zullies pun menekankan bahwa kombinasi obat harus dilakukan secara rasional.
"Memang dalam hal ini kombinasi obatnya harus rasional, biasanya kalau obatnya mau dikombinasikan memiliki mekanisme atau cara kerja berbeda-beda. Jadi biasanya kombinasi obat itu ada rasionalitasnya," terangnya.
Baca juga: Presiden Perintahkan Panglima TNI Bagikan Bantuan 300 Ribu Obat Gratis Covid-19
Bagaimana Interaksi Obat Bisa Merugikan
Lebih lanjut Zullies menyampaikan interaksi obat bisa bersifat merugikan.
Terutama jika suatu obat efeknya bisa meniadakan obat lain atau mengurangi efek obat lain.
Sehingga obat lain yang digunakan bersama menjadi tidak bermanfaat atau merugikan.
Misalnya jika ada obat yang memiliki efek samping yang sama dan dikombinasikan.
Maka akibatnya akan terjadi penambahan efek samping secara bersamaan.
"Misalnya ada obat yang memiliki efek samping tertentu atau ada obat yang memiliki efek samping yang sama. Akan terjadi tambahan kombinasi efek samping bersama-sama. Jadi efek sampingnya akan meningkat," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)