Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BREAKING NEWS: Positif Covid-19 di RI Hari Ini Bertambah 35.764, Kasus Kematian Naik 1.739

Hari ini kasus covid di RI tercatat bertambah 35.764 kasus. Penambahan itu membuat total kasus selama pandemi menjadi 3.568.331 orang.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in BREAKING NEWS: Positif Covid-19 di RI Hari Ini Bertambah 35.764, Kasus Kematian Naik 1.739
Tribun Palopo
ilustrasi covid-19 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah melakukan update data kasus positif Covid-19 di Indonesia hari ini, Kamis (5/8/2021).

Hari ini kasus covid di RI tercatat bertambah 35.764 kasus. Penambahan itu membuat total kasus selama pandemi menjadi 3.568.331 orang.

Kasus kesembuhan pada hari ini tercatat ada 39.726 pasien yang sembuh sehingga total menjadi 2.947.646 orang.

Di sisi lain, kasus kematian akibat Covid-19 masih tinggi. Hari ini bertambah 1.739 kasus pasien meninggal. Dengan demikian total pasien meninggal 102.375 orang.

Baca juga: WHO Serukan Moratorium Suntikan Booster Vaksin Covid-19

Covid mengamuk di Malaysia

Virus corona makin mengamuk di Malaysia. Kasus baru COVID-19 di Malaysia melewati angka 20.000 untuk pertama kalinya pada Kamis (5 Agustus), rekor tertinggi baru.

Negeri jiran melaporkan 20.596 infeksi baru COVID-19 pada Kamis, menurut data yang Kementerian Kesehatan Malaysia rilis, rekor kasus harian untuk hari kedua berturut-turut, seperti dikutip Channel News Asia.

Berita Rekomendasi

Infeksi di Lembah Klang sekali lagi menyumbang lebih dari setengah kasus harian di Malaysia.

Selangor mencatat jumlah infeksi tertinggi di antara negara bagian dengan 8.549 kasus baru, sementara Kuala Lumpur melaporkan 2.163.

Kasus baru COVID-19 melebihi 1.000 di empat negara bagian di Malaysia: Kedah dengan 1.446 infeksi, Johor dengan 1.300, Sabah dengan 1.062, dan Penang dengan 1.022.

Malaysia telah mengalami lonjakan infeksi COVID-19 sejak Juli, memecahkan rekor satu hari untuk infeksi dan kematian baru. Kasus harian belum turun di bawah angka 10.000 sejak 12 Juli.

Dengan tambahan kasus pada Kamis, total infeksi COVID-19 di Malaysia sekarang mencapai 1.203.706, tertinggi ketiga di kawasan Asia Tenggara setelah Indonesia dan Filipina.

Indonesia Lebih Cepat Lewati Gelombang Dua Covid-19

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa Indonesia telah melewati gelombang dua Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Budi Gunadi Sadikin usai menerima sumbangan alat kesehatan Oxygen Concentrator dari Trip Dot Com mitra dari Kementerian Pariwisatan Dan Ekonomi Kreatif di Kantor Bea Cukai, Bandara Soekarno Hatta, Rabu (4/8/2021) pagi.

Budi Gunadi Sadikin menyebut masa puncak gelombang dua Covid-19 di Indonesia jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan negara lain.

Pola tersebut dilihat dari model gelombang dua yang sempat terjadi di beberapa negara dengan kurun waktu lebih dari dua pekan.

Baca juga: Warga yang Belum Punya NIK Tetap Bisa Ikut Vaksinasi Covid-19

Selain itu, Budi berpikiran bahwa puncak kasus Covid-19 di Indonesia akan mencapai angka 70 ribu kasus per hari.

Namun nyatanya, puncak kasus nya hanya mencapai angka 50 ribu kasus lebih per harinya.

Budi pun menyebutkan setelah penerapan PPKM Level 4 selama 13 hari, kasus Covid-19 di Indonesia sudah mulai turun kembali.

"Sejak kita menerapkan PPKM ini memang sudah 13 hari. Kita pikir puncaknya akan 70 ribu kasus per hari. Tapi alhamdulillah ini berdasarkan model yang dilihat di negara lain."

"Alhamdulillah kita lebih cepet. Jadi dalam 13 hari kita sudah lakukan PPKM Level 4 itu sudah sampai puncaknya dan mulai turun kembali," kata Budi dikutip dari tayangan Video di kanal YouTube Kompas TV, Rabu (4/8/2021).

Baca juga: Kabar Gembira! Warga Belum Punya NIK hingga Ibu Hamil Tetap Bisa Dapatkan Vaksin Covid-19

Puncak Kasus Covid-19 Terjadi karena Dianggap Remeh dan Tidak Waspada

Budi menuturkan, jika berdasarkan data yang ada, Indonesia memang telah melewati puncak kasus Covid-19.

Kemudian Budi menjelaskan mengapa terjadinya puncak kasus pertama, kedua hingga ketiga di Indonesia.

Menurut Budi, puncak kasus terjadi karena orang-orang terlalu menganggap remeh Covid-19 dan tidak waspada.

"Nah kalau ditanya apakah puncaknya sudah terlewati, ya datanya memang menyebut demikian. Cuma pesan saya, kenapa sih selalu ada puncak kesatu, kedua dan ketiga. Itu terjadi karena kita menganggap remeh dan tidak waspada," terangnya.

Baca juga: Bagaimana Jika Kita Telat Melaksanakan Vaksin Covid-19 Dosis Ke-2? Ini Penjelasannya

Bahkan Budi menyebutkan bahwa perilaku membahayakan justru sering terjadi pada saat kasus sedang turun.

Jika pada saat kasus naik, orang-orang akan berhati-hati dan waspada.

Namun pada saat turun orang-orang akan dengan mudah melonggarkan prokes dan tidak waspada.

"Justru perilaku yang membahayakan itu terjadi pada saat turun. Kalau pada saat naik kita hati-hati dan kita waspada. Pada saat turun mudah sekali kita longgar dan tidak waspada," pungkasnya.

Baca juga: Efek Samping Vaksin Covid-19, Beserta Cara Mengatasinya

Lonjakan Kasus Kematian Corona di Indonesia jadi Sorotan Dunia

Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, Alexander K Ginting ikut menanggapi terkait lonjakan kematian Covid-19 di Indonesia yang jadi sorotan dunia.

Menurut Alexander, meski angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia tinggi, dunia juga perlu menyoroti recovery rate di Indonesia yang cukup tinggi.

Mengenai tingginya angka kematian, Alexander menyebut satu di antara faktornya adalah karena Covid-19 merenggut populasi rentan.

Untuk itu, pihaknya mengaku akan terus fokus memperbaiki penanganan Covid-19, khususnya bagi populasi yang rentan.

Baca juga: WHO Desak Negara Kaya Setop Berikan Booster Vaksin Covid-19, Alihkan ke Negara Miskin

Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Nasional, Brigjen TNI (Purn) dr Alexander K Ginting
Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Nasional, Brigjen TNI (Purn) dr Alexander K Ginting (Tribunnews.com/ Srihandriatmo Malau)

"Persoalan kenapa ada angka kematian tinggi itu adalah karena mereka termasuk populasi rentan."

"Termasuk (mereka yang memiliki) komorbid dan berusia lanjut, justru ini sektor yang perlu kita fokuskan ke mereka yang masuk ke populasi rentan," ungkap Alexander, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Senin (2/8/2021).

Menurut Alexander, saat ini pemerintah telah merespons cepat kenaikan kasus kematian dengan memperbaiki sistem isolasi mandiri menuju ke isolasi terpusat.

Diharapkan, setelah pasien Covid-19 masuk ke isolasi terpusat, maka akan mendapat pengawasan hingga kematian bisa diantisipasi.

Baca juga: Pandemi Covid-19 Jadi Waktu yang Tepat Menunjukkan Potensi Pangan dan Agro Industri Lokal

"Pemerintah dengan cepat telah merespons hal ini untuk menyiapkan isolasi terpusat."

"Dengan demikian, mereka yang populasi rentan bisa direspons dengan pendampingan dan tidak jatuh ke rumah sakit."

"Ini munkin salah satu kunci menurunkan angka kematian," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas