Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Epidemiolog: Booster Vaksin Diperlukan Mengantisipasi Penyebaran Varian Mu

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut, booster vaksin diperlukan mengantisipasi penyebaran varian Mu.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
zoom-in Epidemiolog: Booster Vaksin Diperlukan Mengantisipasi Penyebaran Varian Mu
Sriwijaya Post/Syahrul Hidayat
Sebanyak 750 siswa menjalani vaksinasi Covid-19 sebelum digelarnya proses pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di SMP Negeri 9, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Senin (6/9/2021). Vaksinasi Covid-19 massal untuk pelajar ini digelar BIN bekerja sama dengan Dinkes Palembang dan Diknas Palembang. Kepala SMPN 9 Palembang, Komalawaty mengatakan, vaksinasi ini dilakukan di SMPN 9 Palembang dengan target sebanyak 750 siswa. Dari SMPN 9 sebanyak 560 siswa karena sebagian ada yang sudah divaksin, sisanya dari SMPN 57 Palembang guna memenuhi kuota vaksinasi. Sriwijaya Post/Syahrul Hidayat 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut, booster vaksin diperlukan mengantisipasi penyebaran varian Mu.

Menurutnya, masyarakat rentan seperti lansia juga berhak menerima dosis ketiga.

"Vaksin booster penting. Bukan hanya ketenaga kesehatan tapi lansia juga," kata Dicky saat dihubungi Tribun Network, Senin (6/9/2021).

Baca juga: Apa Itu Varian Mu? Simak Ciri-ciri Varian Baru Covid Mu yang Berpotensi Kebal Terhadap Vaksin

Menurutnya, strain yang secara ilmiah disebut B.1.621 ini menyebar sangat cepat dalam rentan sembilan bulan.Varian Mu sudah menular sampai ke 43 negara.

"Ini sinyal yang serius buat Indonesia," tuturnya.

Baca juga: Daftar Daerah PPKM Level 4 di Luar Jawa Bali Periode 7-20 September 2021

Dicky meneruskan varian Mu sudah terdeteksi di China, Jepang, Hongkong.Meskipun belum masuk ke Asean harus diwaspadai, tidak boleh abai.

"Karena sudah sampai ke New Zealand. Artinya Asean juga sudah terancam," katanya.

Berita Rekomendasi

Ia menekankan pemerintah harus merespons dengan penguatan 3T (tracing, testing, treatment). Berdasarkan catatan test positivity rate Indonesia masih kecil yakni 18 persen.

"3T kita ini yang lemah. Harus ditingkatkan lagi. Ini sangat mengkhawatirkan jika tidak diantisipasi," kata Dicky.

Wabah corona masih ada, penyintas Covid-19 varian delta pun masih bisa terinfeksi lagi oleh strain baru Mu.

Baca juga: PPKM Diperpanjang Hingga 13 September, Makan di Tempat atau Dine In di Mal Menjadi 1 Jam

"Varian Mu ini menurunkan efikasi vaksin. Sejauh apa memang masih terus dipastikan. Diduga sama dengan efeknya delta. Dengan sama saja sudah merugikan," imbuhnya.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah berupaya membendung varian-varian baru virus Corona termasuk varian Mu asal Kolombia.

Varian Mu atau B.1621 sedang dalam pengamatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau masuk kategori Varian of Interest (VoI).

Ia menyebut, Pemerintah terus mengawasi mobilitas, baik dalam dan luar negeri.

"Walaupun saat ini kondisi cenderung normal dan beberapa pembukaan sektor juga secara gradual dilakukan, Pemerintah terus berusaha mengawasi mobilitas dalam dan luar negeri dengan penuh kehati-hatian," ujar Wiku.

Ia mengatakan, varian yang terdeteksi pertama kali pada Januari 2021 ini telah banyak ditemukan di negara lain seperti Amerika Selatan dan Eropa.

Menurut Wiku, status VOI diberikan pada varian Corona yang sedang diamati untuk dapat memberikan kesimpulan.

"Bahwa varian ini bersifat lebih infeksius daripada varian originalnya (Corona asal Wuhan, Tiongkok)," imbuhnya. (tribun network/reynas abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas