Paru-paru Lebih Rentan Terinfeksi Covid-19, Ini Penjelasan Ahli
Gejala tersering penderita covid-19 menurut WHO sendiri adalah adanya infeksi saluran pernapasan.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudah satu tahun lebih pandemi Covid-19 melanda dunia.
Tepatnya pada 12 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi.
Terhitung sejak 8 september 2021, sudah ada penderita Covid-19 hingga 222.663.014. Namun sampai saat ini, belum ada patokan yang pasti terhadap gejala Covid-19.
Hal ini diungkapkan oleh Ahli Histologi Kedokteran di Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Ahmad Aulia Jusuf, AHK, PhD.
Gejala tersering penderita covid-19 menurut WHO sendiri adalah adanya infeksi saluran pernapasan. Ditandai adanya batuk, demam dan sesak napas.
"Penelitian yang dilakukan FKUI dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta 41 persen penderita Covid-19 mengalami pneumonia (radang paru-paru). Dan 81 persen di antara penderita mengalami kematian," ungkapnya pada siaran radio RRI, Jumat (9/9/2021).
Baca juga: Tips Pernapasan untuk Menaikkan Saturasi Oksigen
Baca juga: Soal Virus Corona Mu, Jubir Satgas Covid-19 RS UNS Solo: Apapun Variannya, Prokes Kuncinya
Baca juga: Covid-19 Tidak akan Hilang Total, Jokowi: Perlindungan Terbaik dengan Vaksinasi
Kenapa paru-paru lebih rentan terinfeksi Covid-19? Menurut dr Ahmad, hal ini karena tidak lepas dari pengaruh struktur paru-paru itu sendiri.
"Kalau kita belajar, pertukaran udara di paru-paru terjadi di kantung udara atau alveolus yang lalu menembus pembuluh darah. Oksigen yang masuk akan diikat sel darah merah dalam pembuluh darah," katanya lagi.
Nantinya akan dilepas dan masuk ke dalam darah yang mana melewati dinding darah dan menembus kantung udara.
Dr Ahmad pun menyebutkan jika di antara kantung udara dengan pembuluh darah disekat oleh jaringan tipis.
Baca juga: Sulit Dideteksi Dini, Anda Perlu Kenali Jenis Kanker Paru dan Gejala yang Menyertainya
Jaringan tipis ini dimaksudkan agar udara dapat dengan mudah menembusnya. Tapi struktur tipis ini rentan dimasuki oleh kuman, sehingga menyebabkan infeksi.
Begitu pula pada virus SARS-CoV-2, yang masuk ke dalam saluran yaitu hidung dan paru-paru.
Sepanjang saluran napas ini, ada reseptor yang melapisi saluran pernapasan ini ada tempat menempel virus. Nama reseptornya adalah ACE2 dan dapat ditempeli oleh virus.
Setelah menempel ke saluran napas, barulah timbul gejala.
Kalau virus sampai pada saluran napas maka akan menyebabkan demam, flu, tidak enak badan dan seterusnya.
Namun menjadi berbahaya kalau virus melanjutkan ke saluran napas bawah hingga ke paru-paru.
"Dia akan bisa menembus dinding kantung udara kemudian masuk ke pembuluh darah. Saat timbul perlawanan tubuh sehingga ada peradangan di sana. Kalau tidak diatasi maka virus masuk ke pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh lewat darah," paparnya lagi.
Dan jika tidak segera diobati, sekat tipis tadi akan mengalami peradangan hebat. Lama kelamaan terjadi pembengkakan dan bisa timbul jaringan parut.
Difusi tidak akan berjalan dengan baik dan menyebabkan pasien mengalami kekurangan oksigen.