Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Kata Menkes Budi Gunadi Soal Varian Omicron

Banyak negara di dunia kini telah memperketat perbatasan mereka dari turis yang datang dari sejumlah negara di kawasan Afrika.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Ini Kata Menkes Budi Gunadi Soal Varian Omicron
capture zoom meeting
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, dalam konferensi pers virtual 'Respons Pemerintah dalam Menghadapi Varian Omicron', Minggu (28/11/2021) malam. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia saat ini tengah menghadapi munculnya varian baru virus corona (Covid-19) yang disebut 'Omicron' dan diidentifikasi kali pertama di Afrika Selatan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah melakukan pertemuan darurat pada Jumat lalu untuk membahas mengenai kemunculan varian baru ini dan bagaimana sifatnya jika dibandingkan dengan varian pendahulunya termasuk Delta.

Banyak negara di dunia kini telah memperketat perbatasan mereka dari turis yang datang dari sejumlah negara di kawasan Afrika.

Lalu bagaimana tanggapan Indonesia?

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa varian ini awalnya diidentifikasi oleh organisasi nirlaba yang berfokus pada kesehatan global GISAID pada 9 November lalu.

Baca juga: 2 Kasus Varian Omicron Terdeteksi di Australia, Pasien Tak Tunjukkan Gejala dan Sudah Vaksin Penuh

Namun kemudian secara cepat masuk dalam kategori Variant of Concern (VoC) atau yang menjadi perhatian hanya dalam waktu dua hari setelah dibidik dalam penelitian Organisasi Kesehatan Dunia( WHO) sejak 24 November lalu.

Berita Rekomendasi

"Varian omicron ini diidentifikasi masuk GISAID 9 November, menjadi varian under investigation oleh WHO pada 24 November, langsung ditingkatkan menjadi Variant of Concern 26 november, dalam dua hari. Melampaui level yang namanya Variant of Interest," ujar Budi Gunadi, dalam konferensi pers virtual 'Respons Pemerintah dalam Menghadapi Varian Omicron', Minggu (28/11/2021) malam.

Sedangkan Indonesia menanggapi varian ini dua hari setelah ditetapkan sebagai varian yang menjadi perhatian.

"Dan Indonesia menindaklanjuti tanggal 28 November," jelas Budi Gunadi.

Kendati Omicron ini diduga lebih menular dibandingkan Delta yang sebelumnya menjadi varian dominan pada banyak negara, namun saat ini ia optimis dunia lebih cepat tanggap dalam mengidentifikasi munculnya varian baru.

"Dunia dan Indonesia sekarang sudah jauh lebih cepat dan lebih canggih mengidentifikasi varian-varian baru," kata Budi Gunadi.

Ia pun menjelaskan bahwa kemunculan varian baru Covid-19 selalu menjadi faktor pemicu lonjakan kasus di banyak negara, sehingga tentunya setiap negara termasuk Indonesia harus sigap dalam mengidentifikasinya demi menekan laju lonjakan.

Baca juga: Bahaya Covid-19 Varian Omicron Mengintai Indonesia, Bagaimana Antisipasi Pemerintah?

"Karena varian baru inilah yang menyebabkan lonjakan, jadi setiap ada alpha, beta, delta, setiap ada varian baru, selalu ada lonjakan. Jadi faktor utama lonjakan itu adalah varian baru," tegas Budi Gunadi.

Terkait munculnya omicron yang dianggap memiliki mutasi lebih banyak dibandingkan varian pendahulunya, Budi Gunadi menyampaikan bahwa aspek inilah yang membuat varian ini masuk kategori VoC.

Semua mutasi berbahaya yang dimiliki varian sebelumnya, disebut ada dalam varian omicron.

"Nah kenapa ini cepat menjadi Variant of Concern? Karena mutasinya sangat banyak dan mutasi mutasi yang berbahaya dari varian-varian sebelumnya itu ada di sini," papar Budi Gunadi.

Lalu berapa banyak mutasi yang ada dalam omicron ?

Budi Gunadi menyebut varian baru satu ini memiliki sekitar 50 mutasi, 30 diantaranya berada pada spike proteinnya.

Dalam varian baru ini, terdapat mutasi-mutasi buruk dari varian Alpha, Beta, Delta dan Gamma.

"Mutasinya ada sekitar 50, 30 mutasinya ada di spike protein di mahkota dari coronanya. Dan dari 50 mutasi totalnya, banyak mutasi-mutasi yang ada di varian alpha, beta, delta dan gamma yang buruk-buruk yang diidentifikasi," tutur Budi Gunadi.

Mutasi buruk itu kemudian dibagi menjadi 3 kelompok yakni terkait tingkat keparahan, transmisi penularan dan escape immunity.

"Kelompok yang pertama adalah kelompok mutasi yang meningkatkan keparahan, kelompok kedua adalah mutasi-mutasi yang meningkatkan transmisi penularan. Kelompok ketiga adalah kelompok mutasi yang meningkatkan escape immunity, jadi bisa menghindari vaksin," pungkas Budi Gunadi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas