Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soal Varian Omicron, Ahli Epidemiologi Ingatkan Masyarakat Tetap Waspada

Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman meluruskan pendapat sola varian omicron.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Soal Varian Omicron, Ahli Epidemiologi Ingatkan Masyarakat Tetap Waspada
dok pribadi
Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hingga saat ini para peneliti masih mempelajari terkait varian Covid-19 Omicron.

Ada satu penelitian yang menduga kemungkinan varian baru ini mengambil mutasi dari gen virus flu biasa.

Menurut peneliti, varian virus Omicron memperoleh satu dari mutasi.

Lalu mengambil potongan materi genetik dari virus lain dalam sel terinfeksi yang sama.

Hal ini banyak memunculkan anggapan jika virus mutasi ini tidak berbahaya.

Kalau pun menular hanya membuat infeksi ringan.

Berita Rekomendasi

Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman menyatakan pendapat ini harus diluruskan.

"Saya selalu sampaikan tidak bergejala, bukan berarti tidak sakit. Itu sejak awal pandemi kita ingatkan," katanya dalam acara talkshow secara virtual, Senin (6/12/2021).

Baca juga: Ahli Epidemiologi Prediksi Varian Omicron Sudah Ada di Indonesia

Apa lagi kata Dicky, mengambil dari nama virus, SARS-CoV-2, diartikan sebagai sebuah akronim bahasa Inggris.

Akronim untuk Sindrom Pernapasan Akut Parah, penyakit paru-paru menular yang disebabkan Coronavirus.

"Kalau nama parah ya itu dalam tanda kutip. Ini yang harus dipahami. Dan artinya jangan disamakan dengan flu. Kalau flu, enggak ada long flu. Kalau Covid-19 ada long Covid-19," katanya.

Baca juga: Omicron Picu Gelombang Baru Pandemi, Afrika Selatan Siapkan Rumah Sakit

Meski pun tidak bergejala, Dicky tetap mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap waspada.

Mungkin siangnya tidak terlihat baik-baik saja, tapi saat malam menjadi parah dan meninggal.

"Itu banyak kan yang kita lihat. itu yang membuat kita berprinsip mencegah lebih baik dari terinfeksi. Karena hampir sama, kalau begitu 3T, 5M dan vaksinasi sama efektif," katanya.

4 hal yang perlu diketahui soal Omicron

Apa Itu Varian Omicron?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menamai varian baru virus corona B.1.1529 sebagai "Omicron".

Pengumuman itu dikelurakan pada hari Jumat di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa varian itu sangat menular dan dapat mengurangi kemanjuran vaksin.

Varian yang diturunkan dari garis keturunan B.1.1 ini "belum pernah terjadi sebelumnya" dan "sangat tidak biasa" dalam jumlah mutasinya.

B.1.1529 memiliki 32 mutasi yang terletak di protein lonjakannya, termasuk E484A, K417N dan N440K, yang bisa membantu virus lolos dari deteksi antibodi.

Mutasi lain, N501Y, tampaknya meningkatkan kemampuan virus untuk masuk ke sel kita, membuatnya lebih mudah menular.

Protein lonjakan Omicron dengan mutasi baru terlihat dalam warna merah, biru, emas dan hitam.
Protein lonjakan Omicron dengan mutasi baru terlihat dalam warna merah, biru, emas dan hitam. (Pusat Penelitian Virus di Universitas Glasgow)

Dari Mana Asalnya?

Varian Omicron ini pertama kali terdeteksi di Botswana pada 11 November, di mana tiga kasus kini telah dicatat.

Sementara itu di Afrika Selatan, di mana kasus pertama ditemukan pada 14 November, 22 kasus telah dicatat, menurut Institut Nasional untuk Penyakit Menular.

Lebih banyak kasus diperkirakan akan dikonfirmasi di negara itu ketika hasil pengurutan keluar.

Kasus tambahan telah diidentifikasi di Hong Kong, yang melibatkan seorang pelancong berusia 36 tahun.

Ia sempat tinggal di Afrika Selatan dari 23 Oktober hingga 11 November, lalu dites positif tiga hari kemudian saat menjalani karantina sekembalinya ke rumah.

Pada hari Jumat (26/11/2021), Eropa mencatat kasus pertama yang dikonfirmasi setelah infeksi dilaporkan di Belgia.

Baca juga: ATURAN Baru Karantina Cegah Varian Omicron, WNI yang Baru Kunjungi 11 Negara Ini Karantina 14 Hari

Ahli virologi Marc Van Ranst mentweet bahwa varian tersebut telah terdeteksi pada seorang pelancong yang kembali dari Mesir awal bulan November.

Para ilmuwan mengatakan bahwa varian tersebut memiliki lebih banyak perubahan pada protein lonjakannya daripada yang lain yang telah mereka lihat.

Ada dugaan bahwa penyakit itu mungkin muncul dari orang dengan gangguan kekebalan yang menyimpan virus untuk jangka waktu yang lama, mungkin seseorang dengan HIV/AIDS yang tidak terdiagnosis.

Apakah Kebal Vaksin?

Protein lonjakan yang melapisi bagian luar virus corona memungkinkannya menempel dan masuk ke sel manusia.

Vaksin melatih tubuh untuk mengenali lonjakan ini dan menetralkannya, sehingga mencegah infeksi sel.

Ke-32 mutasi yang terdeteksi dalam protein lonjakan varian baru akan mengubah bentuk struktur ini, sehingga menimbulkan masalah bagi respons imun yang diinduksi oleh vaksin.

Mutasi ini dapat membuat protein lonjakan kurang dikenali oleh antibodi kita.

Akibatnya, mereka tidak akan seefektif menetralkan virus, yang kemudian dapat melewati pertahanan kekebalan dan menyebabkan infeksi.

Haruskah Kita Khawatir?

Para ilmuwan memiliki pendapat yang beragam tentang apakah kita harus khawatir tentang varian terbaru ini atau tidak.

Dr Tom Peacock, seorang ahli virologi di Imperial College London, memperingatkan bahwa varian itu bisa menjadi "perhatian nyata" karena terdapat 32 mutasi pada protein lonjakannya.

Namun, Profesor Francois Balloux, direktur Institut Genetika di University College London, mengatakan bahwa saat ini "tidak ada alasan untuk terlalu khawatir."

Melalui Twitter, Dr Peacock menulis bahwa varian "sangat, sangat harus dipantau karena profil lonjakan yang mengerikan" yang dapat berarti bahwa varian itu lebih menular daripada varian lain yang sudah ada.

Tetapi Dr Peacock mengatakan bahwa dia "berharap" variannya akan berubah menjadi salah satu dari "kluster aneh" saja dan tidak akan menular seperti yang ditakuti.

Sementara itu, Prof Balloux mengatakan bahwa "sulit untuk memprediksi seberapa menularnya varian ini sekarang."

Ia menjelaskan: "Untuk saat ini, varian itu harus dipantau dan dianalisis dengan cermat, tetapi tidak ada alasan untuk terlalu khawatir, kecuali jika frekuensinya mulai meningkat dalam waktu dekat."

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas