Epidemiolog Sebut yang Pernah Terinfeksi Bisa Terlindungi Varian Omicron, Tapi Perhatikan Hal Ini
Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman mengatakan ditemukannya varian Omicron hanya masalah waktu.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji

Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekali lagi, Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman mengatakan ditemukannya varian Omicron hanya masalah waktu saja.
Potensinya bahkan terbilang cukup besar.
Dicky mengatakan Indonesia bukan negara yang mengisolasi diri. Masih pula memiliki akses penerbangan dengan Afrika. Atau negara lain yang punya akses Afrika.
Sebelum Omicron dinyatakan WHO sebagai varian of concern (VOC), Dicky menyebutkan kemungkinan sudah ada. Ditambah survelen genomocic yang terbatas.
Namun menurut Dicky, kalau pun keberadaan Omicron sudah ada di tanah air, tidak perlu dianggap sebuah bencana.
"Kita diuntungkan dengan populasi muda. Sebagian besar sudah terinfeksi. Jutaan kita itu sudah terinfeksi. Dan itu di sisi ada positif, ada negatif juga," ujarnya kepada Tribunnews, Kamis (9/12/2021).
Sisi positifnya adalah sebagian besar masyarakat sudah memiliki barrier atau benteng. Setidaknya dari dua sampai tiga bulan kedepan, semenjak dinyatakan negatif setelah terinfeksi.
Baca juga: WHO Akui Efek Varian Omicron Lebih Rendah dari Virus Covid-19 Varian Delta
"Namun hal tersebut tidak jadi andalan. Satu, berita buruknya bahwa sebagian besar berpotensi long Covid-19 yang bisa menurunkan kesehatan mereka," katanya lagi.
Dan hal ini bisa mejadi beban bagi negara ini. Setidaknya lima sampai enam tahun kedepan. Situasi ini kata Dicky disebut sebagai tsunami long Covid-19.
Di sisi lain, imunitas yang terbentuk dari infeksi Covid-19 tidaklah kuat dan konsisten. Selain itu tidak sekompleks imunitas yang divaksinasi.
Sehingga mereka tetap harus divaksinasi.