Temuan Covid-19 Varian Omicron di Bekasi, KSP Tegaskan Itu adalah Hoaks, Simak Penjelasannya
Varian Omicron di Bekasi adalah berita bohong atau hoaks, 4 orang yang dinyatakan positif terpapar Covid-19 sebenarnya positif Delta bukan Omicron.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Miftah
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menamai varian baru virus corona "Omicron", setelah huruf ke-15 dari alfabet Yunani, dan menetapkannya sebagai "Variant of Concern (VOC)".
Menurut Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman, varian ini menjadi satu pertanda yang sangat serius.
Pasalnya, Omicron langsung ditetapkan sebagai Varian of Concern.
Pada varian mutasi sebelumnya, perlu beberapa tahapan sampai bisa menjadi Varian of Concern.
"Ini adalah salah satu pertanda yang sangat serius. Dan umumnya penetapan varian itu dari varian of interested dulu atau under of investigision. Tapi ini langsung lompat dan ini menjadi varian of concern," ungkapnya saat ditanyai Tribunnews.com, Sabtu (27/11/2021).
Baca juga: Cegah Penyebaran Hoaks, Kominfo: Pemerintah Berkewajiban Membangun Reputasi
Baca juga: Kominfo Hapus 5.046 Konten Hoaks Terkait Covid-19 Selama Periode Januari-November 2021
Menurut Dicky hal ini menjadi satu hal yang serius dan kemungkinan bisa saja terjadi gelombang ketiga.
Dicky memprediksi hal ini tidak hanya terjadi pada Indonesia, namun juga dunia.
"Dalam hal ini tidak hanya di indonesia tapi juga dunia. Karena Omicron ini adalah lahir dari situasi dimana adanya wilayah negara, kawasan rendah kapasitas 3T, 5M dan, vaksinasinya," kata Dicky.
Selain rendahnya penerapan protokol kesehatan di suatu negara, lambannya program vaksinasi Covid-19 pun dapat memperparah situasi
"Itu adalah kondisi yang secara hukum biologi mendukung kemunculan suatu varian super," ujar Dicky.
Dari Mana Asal Varian Omicron?
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, varian Omicron pertama kali terdeteksi di Botswana pada 11 November, di mana tiga kasus kini telah dicatat.
Sementara di Afrika Selatan, di mana kasus pertama ditemukan pada 14 November, 22 kasus telah dicatat, menurut Institut Nasional untuk Penyakit Menular.
Kasus tambahan telah diidentifikasi di Hong Kong, yang melibatkan seorang pelancong berusia 36 tahun.